JRU Berjaya di Pasar Seni Lukis Indonesia 2009
Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Itulah yang menjadi landasan fundamental bagi setiap insan JRU dalam berpikir dan bertindak. Lewat pelaksanaan itulah, klaster seni visual yang baru seumur jagung dibesut Jaringan RumahUSAHA membuktikan perjuangannya. Keberangkatan para pegiat yang untuk pertama kalinya tampil sebagai bagian dari JRU di Pasar Seni Lukis Indonesia 2009, membuahkan awal manis. Dua koleksi karya Auly Kastari dan dua lainnya dari perupa Sanggar Lukis Wedangan menjadi bagian dari koleksi Menteri Perdagangan, Marie Elka Pangestu.
Pasar Seni Lukis Indonesia 2009 yang digelar di Balai Pemuda Surabaya selama 12 hari mulai 1 Mei 2009 kemarin tersebut menjadi sebuah momentum pembuktian kerja keras dari setiap pegiat Semarang Art Site—unit pendampingan manajerial yang dibentuk untuk mendampingi unit-unit dalam klaster seni visual. Persiapan matang yang dilakukan antara lain dengan seleksi karya yang akan dipamerkan, persiapan mentalitas perupa yang akan langsung berhadapan dengan pasar, hingga kompleksnya persiapan akomodasi dan operasional harian mulai terbalas di hari-hari awal penyelenggaraan. Dua lukisan karya Auly Kastari (perupa senior yang didampingi oleh Semarang Art Site) dan dua lukisan dekoratif bernuansa pasar karya perupa yang tergabung dalam Sanggar Lukis Wedangan menjadi koleksi Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu.
Kabar ini datang ketika rombongan menteri yang tampil dalam balutan semiformal tersebut berjalan berputar mengelilingi ratusan stan yang ada di Pasar Seni Lukis Indonesia 2009. Ratusan stan dari ratusan perupa dengan ratusan karya menjadi pemandangan yang sangat lazim di acara yang benar-benar didedikasikan sebagai “pasar seni rupa” tersebut. Pelukis yang mau tak mau bermetamorfosis menjadi “pedagang karya seni” harus berkompetisi memperjuangkan agar karyanya bisa ditenteng oleh kolektor dan pemain bisnis seni rupa yang datang berkunjung. Inilah ajang pembuktian bukan hanya kualitas karya tetapi juga kapasitas pribadi sang perupa.
Semarang Art Site tahun ini memberangkatkan 4 perupa yaitu Auly Kastari, Doni JRU, Lina W, dan Menik Mhg dengan total 5 stan yang disewa selama penyelenggaraan. Auly Kastari muncul sebagai entitas Sanggar Lukis Auly Kastari yang menampilkan karya kontemporer dan lukisan dalam kanvas berukuran besar yang menjadi prosesnya selama didampingi oleh Semarang Art Site. Sementara itu, Sanggar Lukis Wedangan yang merupakan sanggar berkarya bagi para perupa muda dan senior untuk berinteraksi bersama menampilkan karya-karya dekoratif yang realis-naturalis. Kedua entitas tersebut bisa dikatakan menjadi salah satu entitas yang banyak mencuri perhatian siapapun yang mengunjungi Pasar Seni Lukis Indonesia 2009.
Hal ini tak terkecuali rombongan Menteri Perdagangan, Marie Elka Pangestu yang memenuhi komitmennya memberikan dukungan penuh kepada dunia seni lukis lewat industri kreatif yang digagasnya tahun ini. Rombongan menteri yang datang dengan sederhana tersebut akhirnya memilih koleksi dari Sanggar Lukis Auly Kastari berjudul “A Wishful Giving” (120 x 150 cm-oil on canvas) dan “Always a New Day” (150 x 200 cm-oil on canvas). Sementara karya Sanggar Lukis Wedangan yang terpilih menjadi koleksi adalah dua lukisan seri pasar (70 x 90 cm-oil on canvas). Lukisan karya Auly Kastari diakui Marie memiliki pesan humanistik yang dalam, sedangkan lukisan realis yang menjadi karya dari perupa Sanggar Lukis Wedangan dinilai oleh Marie Elka memberikan narasi visual yang serupa dengan situasi transaksional khas pasar tradisional.
Koordinator Semarang Art Site, iLik sAs yang langsung mendampingi pegiat di Surabaya mengatakan hal ini adalah sebuah stimulasi semangat yang mudah-mudahan menjadi modal bagus bagi rekam jejak Semarang Art Site ke depan. “Ini adalah ajang pembuktian kerja keras yang kita lakukan bersama sekaligus ujian apakah kita mampu terus berkomitmen,” ujarnya dengan nada reflektif. Bagi Menik Mhg, rezeki menjadi koleksi Menteri Perdagangan adalah pengalaman indah yang pertama kali dirasakannya. “Saya benar-benar merasa jika apa yang saya lakukan bisa diapresiasi oleh publik yang tepat,” tuturnya bersemangat.
Ya, ketika perjuangan dilanjutkan dengan pelaksanaan kata-kata hasilnya akan dahsyat sesuai dengan kapasitas mental yang kita bangun menyertainya. Ketika JRU berkomitmen untuk membangun sebuah klaster baru, hampir seluruh fokus dan sumberdaya yang dimiliki JRU hari ini ditumpahkan untuk menjadikan klaster ini sebagai klaster masa depan. Tak hanya itu, Koordinator Relawan JRU turun langsung menjadi pendamping inti para perupa senior dan muda yang berkarya bersama. “Kami tidak hanya disentuh di sisi terobosan kreativitas semata tetapi juga menyikapi karya kreatif ini sebagai sebuah proses kewirausahaan,” tambah Doni JRU yang kini menjadi perupa sekaligus pegiat Semarang Art Site.
Inilah karya pendampingan terbaru JRU yang bukan sekadar ingin menjadi pemain di sisi bisnisnya semata tetapi juga memberdayakan optimal potensi perupa yang ada di Semarang dan sekitarnya. “Inilah obsesi masa muda saya yang terus mempertanyakan mengapa kehidupan seniman selalu menghadapi stagnasi,” tutur iLik sAs. Dan, hari ini iLik sAs membuktikan jika dengan sentuhan profesional, seorang perupa dalam waktu yang sangat singkat mampu mencuri perhatian publik dengan karya yang menyentuh dan mampu berbicara di tengah hiperkompetisi dunia seni visual Indonesia akhir-akhir ini.
Pasar Seni Lukis Indonesia 2009 yang digelar di Balai Pemuda Surabaya selama 12 hari mulai 1 Mei 2009 kemarin tersebut menjadi sebuah momentum pembuktian kerja keras dari setiap pegiat Semarang Art Site—unit pendampingan manajerial yang dibentuk untuk mendampingi unit-unit dalam klaster seni visual. Persiapan matang yang dilakukan antara lain dengan seleksi karya yang akan dipamerkan, persiapan mentalitas perupa yang akan langsung berhadapan dengan pasar, hingga kompleksnya persiapan akomodasi dan operasional harian mulai terbalas di hari-hari awal penyelenggaraan. Dua lukisan karya Auly Kastari (perupa senior yang didampingi oleh Semarang Art Site) dan dua lukisan dekoratif bernuansa pasar karya perupa yang tergabung dalam Sanggar Lukis Wedangan menjadi koleksi Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu.
Kabar ini datang ketika rombongan menteri yang tampil dalam balutan semiformal tersebut berjalan berputar mengelilingi ratusan stan yang ada di Pasar Seni Lukis Indonesia 2009. Ratusan stan dari ratusan perupa dengan ratusan karya menjadi pemandangan yang sangat lazim di acara yang benar-benar didedikasikan sebagai “pasar seni rupa” tersebut. Pelukis yang mau tak mau bermetamorfosis menjadi “pedagang karya seni” harus berkompetisi memperjuangkan agar karyanya bisa ditenteng oleh kolektor dan pemain bisnis seni rupa yang datang berkunjung. Inilah ajang pembuktian bukan hanya kualitas karya tetapi juga kapasitas pribadi sang perupa.
Semarang Art Site tahun ini memberangkatkan 4 perupa yaitu Auly Kastari, Doni JRU, Lina W, dan Menik Mhg dengan total 5 stan yang disewa selama penyelenggaraan. Auly Kastari muncul sebagai entitas Sanggar Lukis Auly Kastari yang menampilkan karya kontemporer dan lukisan dalam kanvas berukuran besar yang menjadi prosesnya selama didampingi oleh Semarang Art Site. Sementara itu, Sanggar Lukis Wedangan yang merupakan sanggar berkarya bagi para perupa muda dan senior untuk berinteraksi bersama menampilkan karya-karya dekoratif yang realis-naturalis. Kedua entitas tersebut bisa dikatakan menjadi salah satu entitas yang banyak mencuri perhatian siapapun yang mengunjungi Pasar Seni Lukis Indonesia 2009.
Hal ini tak terkecuali rombongan Menteri Perdagangan, Marie Elka Pangestu yang memenuhi komitmennya memberikan dukungan penuh kepada dunia seni lukis lewat industri kreatif yang digagasnya tahun ini. Rombongan menteri yang datang dengan sederhana tersebut akhirnya memilih koleksi dari Sanggar Lukis Auly Kastari berjudul “A Wishful Giving” (120 x 150 cm-oil on canvas) dan “Always a New Day” (150 x 200 cm-oil on canvas). Sementara karya Sanggar Lukis Wedangan yang terpilih menjadi koleksi adalah dua lukisan seri pasar (70 x 90 cm-oil on canvas). Lukisan karya Auly Kastari diakui Marie memiliki pesan humanistik yang dalam, sedangkan lukisan realis yang menjadi karya dari perupa Sanggar Lukis Wedangan dinilai oleh Marie Elka memberikan narasi visual yang serupa dengan situasi transaksional khas pasar tradisional.
Koordinator Semarang Art Site, iLik sAs yang langsung mendampingi pegiat di Surabaya mengatakan hal ini adalah sebuah stimulasi semangat yang mudah-mudahan menjadi modal bagus bagi rekam jejak Semarang Art Site ke depan. “Ini adalah ajang pembuktian kerja keras yang kita lakukan bersama sekaligus ujian apakah kita mampu terus berkomitmen,” ujarnya dengan nada reflektif. Bagi Menik Mhg, rezeki menjadi koleksi Menteri Perdagangan adalah pengalaman indah yang pertama kali dirasakannya. “Saya benar-benar merasa jika apa yang saya lakukan bisa diapresiasi oleh publik yang tepat,” tuturnya bersemangat.
Ya, ketika perjuangan dilanjutkan dengan pelaksanaan kata-kata hasilnya akan dahsyat sesuai dengan kapasitas mental yang kita bangun menyertainya. Ketika JRU berkomitmen untuk membangun sebuah klaster baru, hampir seluruh fokus dan sumberdaya yang dimiliki JRU hari ini ditumpahkan untuk menjadikan klaster ini sebagai klaster masa depan. Tak hanya itu, Koordinator Relawan JRU turun langsung menjadi pendamping inti para perupa senior dan muda yang berkarya bersama. “Kami tidak hanya disentuh di sisi terobosan kreativitas semata tetapi juga menyikapi karya kreatif ini sebagai sebuah proses kewirausahaan,” tambah Doni JRU yang kini menjadi perupa sekaligus pegiat Semarang Art Site.
Inilah karya pendampingan terbaru JRU yang bukan sekadar ingin menjadi pemain di sisi bisnisnya semata tetapi juga memberdayakan optimal potensi perupa yang ada di Semarang dan sekitarnya. “Inilah obsesi masa muda saya yang terus mempertanyakan mengapa kehidupan seniman selalu menghadapi stagnasi,” tutur iLik sAs. Dan, hari ini iLik sAs membuktikan jika dengan sentuhan profesional, seorang perupa dalam waktu yang sangat singkat mampu mencuri perhatian publik dengan karya yang menyentuh dan mampu berbicara di tengah hiperkompetisi dunia seni visual Indonesia akhir-akhir ini.