Pameran Lukisan Pesona Khatulistiwa dalam Rekaman Media
Pameran lukisan Pesona Khatulistiwa yang diselenggarakan bersama oleh JRU, Hotel Ciputra Semarang, dan Kadin Jawa Tengah telah berlangsung pada 24-30 Juni 2009 yang lalu. Pada pameran yang berlangsung di lobi Hotel Ciputra Semarang tersebut, media tak luput menengok pameran ini.
Berikut adalah rekaman dan analisis jurnalis Harian Suara Merdeka:
Hiburan & Seni
27 Juni 2009
Wirausahawan Seni
PADA pameran lukisan Ibrahim Sutan Parpatiah Sunyi di Tengah Riuh di Galeri Semarang, awal 2008, Chris Darmawan menulis pengantar dengan judul: ”Hari gini, melukis abstrak?” Dengan judul bernada olok-olok tersebut, Chris sejatinya tengah melontar keheranan. Betapa di tengah perkembangan seni rupa Indonesia yang riuh dan berjalan cepat, masih ada pelukis yang menyuntuki corak abstrak seperti Ibrahim Sutan.
Andai Chris Darmawan menyaksikan pameran Pesona Khatulistiwa di lobi Hotel Ciputra Semarang, 24-30 Juni 2009, barangkali keheranan serupa akan ia lontarkan. Bedanya, Chris akan mengganti kata ”abstrak” dengan ”realis”. Sebab, pameran yang digagas Jaringan Rumah Usaha bersama Kadin Jateng, dan Hotel Ciputra itu menyajikan karya lukis bercorak realis.
Ya, lukisan karya Auly Kastari, Arum H, Azhary, Eko Dongeng, Eko Kaff, Ge Hariyanto, Lintang, Lina SLW, Tulono, TejoKonte, dan Tony itu menampilkan objek-objek figuratif nan klasik, laiknya penari dan ragam ekspresi anak-anak.
Dalam konteks pasar wacana, ungkapan ”Hari ini, melukis realis?” untuk pameran ”Pesona Khatulistiwa” amat bisa dipahami. Namun dalam wacana pasar, ungkapan itu jelas tak kontekstual. ”Pesona Khatulistiwa” adalah pameran yang murni berlatar pasar. Belasan lukisan yang dipajang sengaja dijual.
Klaster Seni Visual Auly dan kawan-kawan tergabung dalam Klaster Seni Visual. Itu kelompok pendampingan kesenian yang bernaung di bawah Jaringan Rumah Usaha (JRU). Perlu diketahui, JRU merupakan komunitas pendampingan kewirausahaan yang memfokuskan diri pada masyarakat perkotaan.
Komunitas yang dibentuk di Semarang pada 2004 tersebut menjadi binaan Kadin Jateng, Bank Indonesia, dan sejumlah instansi, baik di tingkat kota maupun provinsi.
Seni Visual merupakan satu dari tiga klaster yang bernaung di bawah JRU. Selain sanggar lukis, klaster ini juga bergerak di bidang
manajemen pelukis, produksi kanvas, bingkai, dan spanram. Adapun dua klaster lainnya adalah grafika (melayani jasa cetak dan desain grafis serta produsen beberapa produk grafika kreatif) dan klaster usaha pendukung (terdiri atas usaha kuliner, event management consultant, lembaga pendidikan desain grafis, dan penerbitan).
Personel Klaster Seni Visual memosisikan diri sebagai wirausahawan. Mereka memaknai aktivitas seni sebagai bentuk kewirausahaan.
Wikipedia Indonesia, mendefinisikan wirausahawan sebagai seseorang yang mampu menciptakan lapangan kerja baru dan mencari cara-cara atau teknik yang lebih baik dalam pemanfaatan sumber daya, memperkecil pemborosan, serta menghasilkan barang atau jasa dalam upayanya memuaskan kebutuhan orang lain.
Mengacu pada pemaknaan tersebut, kita bisa katakan bahwa modus berkesenian personel Klaster Seni Visual adalah pelayanan terhadap pasar. Mereka berkarya untuk beroleh keuntungan finansial. Sampai di sini, pilihan atas corak realis dengan objek-objek figuratif klasik menjadi terjelaskan. (45)
Artikel ini bisa ditemukan di Harian Umum Suara Merdeka edisi Sabtu, 27 Juni 2009 Halaman N
diunduh dari laman URL:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/06/27/69830/Wirausahawan.Seni.
Hiburan & Seni
25 Juni 2009
Agenda
Pesona Khatulistiwa
SEMARANG-Jaringan Rumah Usaha / Klaster Seni Visual bekerja sama dengan Hotel Ciputra dan Kadin Jateng menggelar pameran lukisan ”Pesona Khatulistiwa”. Pameran yang menampilkan karya Auly Kastari, Arum H, Azhary, Eko Dongeng, Eko Kaff, Ge Haryanto, Lintang, Lina SLW, Tulono, Tedjo Konte, dan Tony tersebut diadakan di lobi Hotel Ciputra, 24-30 Juni. Lukisan mereka merekam eksotisme khatulistiwa, mulai dari penari, barong, serta aktivitas anak-anak dan seluruhnya bercorak dasar realis.(H6-45)
Artikel ini bisa ditemukan di Harian Umum Suara Merdeka edisi Kamis, 25 Juni 2009 Halaman N
diunduh dari laman URL:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/06/25/69447/Pesona.Khatulistiwa
Berikut adalah rekaman dan analisis jurnalis Harian Suara Merdeka:
Hiburan & Seni
27 Juni 2009
Wirausahawan Seni
PADA pameran lukisan Ibrahim Sutan Parpatiah Sunyi di Tengah Riuh di Galeri Semarang, awal 2008, Chris Darmawan menulis pengantar dengan judul: ”Hari gini, melukis abstrak?” Dengan judul bernada olok-olok tersebut, Chris sejatinya tengah melontar keheranan. Betapa di tengah perkembangan seni rupa Indonesia yang riuh dan berjalan cepat, masih ada pelukis yang menyuntuki corak abstrak seperti Ibrahim Sutan.
Andai Chris Darmawan menyaksikan pameran Pesona Khatulistiwa di lobi Hotel Ciputra Semarang, 24-30 Juni 2009, barangkali keheranan serupa akan ia lontarkan. Bedanya, Chris akan mengganti kata ”abstrak” dengan ”realis”. Sebab, pameran yang digagas Jaringan Rumah Usaha bersama Kadin Jateng, dan Hotel Ciputra itu menyajikan karya lukis bercorak realis.
Ya, lukisan karya Auly Kastari, Arum H, Azhary, Eko Dongeng, Eko Kaff, Ge Hariyanto, Lintang, Lina SLW, Tulono, TejoKonte, dan Tony itu menampilkan objek-objek figuratif nan klasik, laiknya penari dan ragam ekspresi anak-anak.
Dalam konteks pasar wacana, ungkapan ”Hari ini, melukis realis?” untuk pameran ”Pesona Khatulistiwa” amat bisa dipahami. Namun dalam wacana pasar, ungkapan itu jelas tak kontekstual. ”Pesona Khatulistiwa” adalah pameran yang murni berlatar pasar. Belasan lukisan yang dipajang sengaja dijual.
Klaster Seni Visual Auly dan kawan-kawan tergabung dalam Klaster Seni Visual. Itu kelompok pendampingan kesenian yang bernaung di bawah Jaringan Rumah Usaha (JRU). Perlu diketahui, JRU merupakan komunitas pendampingan kewirausahaan yang memfokuskan diri pada masyarakat perkotaan.
Komunitas yang dibentuk di Semarang pada 2004 tersebut menjadi binaan Kadin Jateng, Bank Indonesia, dan sejumlah instansi, baik di tingkat kota maupun provinsi.
Seni Visual merupakan satu dari tiga klaster yang bernaung di bawah JRU. Selain sanggar lukis, klaster ini juga bergerak di bidang
manajemen pelukis, produksi kanvas, bingkai, dan spanram. Adapun dua klaster lainnya adalah grafika (melayani jasa cetak dan desain grafis serta produsen beberapa produk grafika kreatif) dan klaster usaha pendukung (terdiri atas usaha kuliner, event management consultant, lembaga pendidikan desain grafis, dan penerbitan).
Personel Klaster Seni Visual memosisikan diri sebagai wirausahawan. Mereka memaknai aktivitas seni sebagai bentuk kewirausahaan.
Wikipedia Indonesia, mendefinisikan wirausahawan sebagai seseorang yang mampu menciptakan lapangan kerja baru dan mencari cara-cara atau teknik yang lebih baik dalam pemanfaatan sumber daya, memperkecil pemborosan, serta menghasilkan barang atau jasa dalam upayanya memuaskan kebutuhan orang lain.
Mengacu pada pemaknaan tersebut, kita bisa katakan bahwa modus berkesenian personel Klaster Seni Visual adalah pelayanan terhadap pasar. Mereka berkarya untuk beroleh keuntungan finansial. Sampai di sini, pilihan atas corak realis dengan objek-objek figuratif klasik menjadi terjelaskan. (45)
Artikel ini bisa ditemukan di Harian Umum Suara Merdeka edisi Sabtu, 27 Juni 2009 Halaman N
diunduh dari laman URL:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/06/27/69830/Wirausahawan.Seni.
Hiburan & Seni
25 Juni 2009
Agenda
Pesona Khatulistiwa
SEMARANG-Jaringan Rumah Usaha / Klaster Seni Visual bekerja sama dengan Hotel Ciputra dan Kadin Jateng menggelar pameran lukisan ”Pesona Khatulistiwa”. Pameran yang menampilkan karya Auly Kastari, Arum H, Azhary, Eko Dongeng, Eko Kaff, Ge Haryanto, Lintang, Lina SLW, Tulono, Tedjo Konte, dan Tony tersebut diadakan di lobi Hotel Ciputra, 24-30 Juni. Lukisan mereka merekam eksotisme khatulistiwa, mulai dari penari, barong, serta aktivitas anak-anak dan seluruhnya bercorak dasar realis.(H6-45)
Artikel ini bisa ditemukan di Harian Umum Suara Merdeka edisi Kamis, 25 Juni 2009 Halaman N
diunduh dari laman URL:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/06/25/69447/Pesona.Khatulistiwa