KABAR DARI WIRAMUDA
Orang Tua Datang Berkunjung, Mereka pun Mendukung 100%
Seeing is believing! Tampaknya hanya rangkaian kata itulah yang menjadi garis besar dari kabar terbaru ini. Setahun menjadi Wiramuda, Wiramuda kita kali ini harus membuktikan kepada orang tua mereka apa yang mereka lakukan dan dapatkan selama menjadi Wiramuda. Dan kali ini, orang tua diajak langsung untuk menyaksikan langsung lokasi pendampingan mereka di Jaringan RumahUSAHA.
Selasa, 15 Agustus 2009 kemarin bisa jadi adalah salah satu hari yang menegangkan bagi Serena Marga, Lina Luthfiana, dan Reza Dwi Purwanto. Betapa tidak, di siang tersebut, orang tua dan wali mereka akan menyaksikan langsung apa yang sehari-hari mereka lakukan dan dapatkan selama setahun menjadi Wiramuda. Serena Marga diwakili oleh Santoso, pamannya, Reza yang dihadiri oleh Sudarsono, ayahnya, serta Lina Luthfiana yang langsung didatangi oleh Nur Wahid, ayah tercintanya.
Mereka semua diterima oleh Koordinator Relawan JRU, iLik sAs beserta beberapa relawan JRU antara lain Ririen Narulita, Sutar Adijoyo, Tri Prameswari, dan Adhimmas Nugroho di Warung Wedangan. Silaturahmi yang dimulai dengan santap siang bersama ini berlangsung gayeng ketika Koordinator Relawan JRU sebagai representasi Komite Pendidikan Wiramuda menyampaikan apa saja yang sudah mereka dapatkan dan akan lakukan dalam masa pendampingan berkelanjutan.
Disampaikan oleh iLik sAs, Pendidikan Wiramuda bukanlah sebuah pendidikan yang hanya menekankan aspek kognitif saja. Tetapi, di dalamnya lebih banyak mengombinasikan aspek afektif, emosional, dan menumbuhkan semangat altruisme bagi mereka yang mengikuti. Wiramuda benar-benar dididik untuk bagaimana berpikir untuk memiliki paradigma berpikir “joyful to giving” yang berkebalikan dengan paradigma berpikir “joyful to taking” yang selama ini berkembang dalam konstruksi pendidikan yang menekankan aspek kognitif. “Investasi kami kepada mereka adalah karakter, bukan hanya kompetensi bisnis yang bagi kami adalah unsur minoritas untuk mendorong kesuksesan sejati,” ujar iLik membuka diskusi.
Distorsi paradigma ini tentu saja menjadi mereka lain dibandingkan dengan kawan sebaya mereka. Tetapi, apabila ini diyakini sebagai bentuk kawah candradimuka dan konteks menempuh kuota untuk mencapai kesuksesan, paradigma ini akan membentuk sebuah pribadi yang bukan hanya bisa sukses untuk dirinya sendiri tetapi juga bagaimana sukses untuk orang lain. Hal ini didukung oleh Nur Wahid, ayah Lina yang juga akademisi di sebuah sekolah menengah, hal ini yang menjadi sebuah nilai tambah bagi generasi seangkatan putrinya tersebut.
Usai bersantap siang bersama, rombongan kemudian diajak beramah-tamah dengan relawan JRU, Tri Prameswari dan Sri Hartini yang menjadi pemilik Warung Wedangan. Setengah tidak percaya, mereka benar-benar tidak meyakini jika kekuatan komunitas yang ada di JRU telah mampu mengubah seorang asisten rumah tangga seperti Sri Hartini memiliki sebuah bisnis yang tidak bisa dibilang kecil jika dihitung berdasar nominal omzet. Hal yang menjadi perhatian mereka adalah bagaimana sebuah keyakinan bisa dibentuk dan menjadi faktor pengungkit bagi siapapun untuk menjadi apapun—termasuk yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Usai dari Warung, mereka kemudian bertandang ke John Foil, unit hot print (foil) terbaru yang kali ini dimiliki oleh Karjono atau yang akrab dipanggil Mas Jon, suami Sri Hartini yang pernah menjadi kuli bangunan sebelumnya. Dari John Foil, mereka kemudian meninjau lokasi asrama putri Wiramuda sekaligus markas Wiramuda yang terletak di bilangan Abimanyu. Dari Abimanyu, mereka kemudian menerima penjelasan proses grafika dimulai dari kunjungan di Puspa Offset di Surtikanti. Kunjungan kemudian diakhiri dengan silaturahmi bersama di markas Falah Etnik Card di bilangan Kalisari.
Santoso, paman Serena yang sangat dekat dengan keponakannya tersebut menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan atas apa yang sudah diberikan oleh Wiramuda kepada keponakannya dan teman-temannya yang lain. “Ini adalah sebuah kesempatan yang bagus dan harus dimanfaatkan dengan baik oleh keponakan saya dan teman-temannya,” ujarnya gembira. Santoso menggarisbawahi kelengkapan infrastruktur industri grafika dalam skala mikro yang dimiliki oleh JRU bukan hanya inspirasi bagus tetapi juga pelajaran akan sebuah komitmen dan ketekunan dalam berusaha.
Dalam silaturahmi di Falah Etnik Card, Sutar Adijoyo, relawan senior JRU menyampaikan sekelumit perjalanan hidupnya hingga akhirnya nyaman memilih jalan menjadi seorang wirausaha. “Bagi saya, menjadi wirausaha itu penuh dengan hadiah. Hadiah yang bisa mencukupkan hidup saya sekaligus juga melengkapkan saya sebagai manusia yang tidak hanya hidup sendiri tetapi juga orang lain,” tuturnya. Kristalisasi inilah yang kemudian membuat seorang Sudarsono memahami pilihan anaknya berpetualang mengasah jiwa dan mental kewirausahaan.
Sudarsono mengaku jika sebagai orang tua, dirinya hanya bisa menyekolahkan kedua anaknya hingga jenjang pendidikan menengah. Pilihan bekerja mandiri tentu saja bukan pilihan mudah bagi mereka karena kondisi sosial-ekonomi yang menuntut mereka untuk “survive” dengan jalan generik menjadi pegawai. Melalui momentum ini, Sudarsono kemudian banyak berpesan secara khusus kepada anaknya, Reza Dwi Purwanto, dan secara umum kepada seluruh Wiramuda untuk selalu bekerja keras dan mengikuti apa yang sudah digariskan. “Apa yang saya rasakan di sini tentu saja membuat saya yakin pilihan seorang Reza bukanlah pilihan yang salah,” sambungnya bijak.
Kegiatan kunjungan orang tua ini akan terus diselenggarakan oleh Pendidikan Wiramuda dan JRU sebagia bentuk tanggung jawab kepada seluruh orang tua peserta Pendidikan Wiramuda. Terpilih untuk gelombang pertama ini memang mereka yang berdomisili di Semarang, tetapi ini berlaku juga untuk orang tua Tina Wiramuda yang berasal dari Blora, Aris Supriyanto yang berasal dari Karanganyar, Taufan Jaka Andhika dari Sragen, Ahmad Sirojudin yang berada di Demak, dan jika memungkinkan orang tua dari Tri Herwanti yang berada di tanah seberang, Nangroe Aceh Darussalam.
“Ini adalah komitmen kami untuk menunjukkan jika pendidikan yang ditempuh buah hati mereka merupakan model pendidikan yang diharapkan bisa memberikan makna bagi kehidupan mereka selanjutnya,” ujar Adhimmas Nugroho, relawan JRU yang mendapat tugas sebagai Pamong Pratama Pendidikan Wiramuda. Maju terus Wiramuda kita!
Selasa, 15 Agustus 2009 kemarin bisa jadi adalah salah satu hari yang menegangkan bagi Serena Marga, Lina Luthfiana, dan Reza Dwi Purwanto. Betapa tidak, di siang tersebut, orang tua dan wali mereka akan menyaksikan langsung apa yang sehari-hari mereka lakukan dan dapatkan selama setahun menjadi Wiramuda. Serena Marga diwakili oleh Santoso, pamannya, Reza yang dihadiri oleh Sudarsono, ayahnya, serta Lina Luthfiana yang langsung didatangi oleh Nur Wahid, ayah tercintanya.
Mereka semua diterima oleh Koordinator Relawan JRU, iLik sAs beserta beberapa relawan JRU antara lain Ririen Narulita, Sutar Adijoyo, Tri Prameswari, dan Adhimmas Nugroho di Warung Wedangan. Silaturahmi yang dimulai dengan santap siang bersama ini berlangsung gayeng ketika Koordinator Relawan JRU sebagai representasi Komite Pendidikan Wiramuda menyampaikan apa saja yang sudah mereka dapatkan dan akan lakukan dalam masa pendampingan berkelanjutan.
Disampaikan oleh iLik sAs, Pendidikan Wiramuda bukanlah sebuah pendidikan yang hanya menekankan aspek kognitif saja. Tetapi, di dalamnya lebih banyak mengombinasikan aspek afektif, emosional, dan menumbuhkan semangat altruisme bagi mereka yang mengikuti. Wiramuda benar-benar dididik untuk bagaimana berpikir untuk memiliki paradigma berpikir “joyful to giving” yang berkebalikan dengan paradigma berpikir “joyful to taking” yang selama ini berkembang dalam konstruksi pendidikan yang menekankan aspek kognitif. “Investasi kami kepada mereka adalah karakter, bukan hanya kompetensi bisnis yang bagi kami adalah unsur minoritas untuk mendorong kesuksesan sejati,” ujar iLik membuka diskusi.
Distorsi paradigma ini tentu saja menjadi mereka lain dibandingkan dengan kawan sebaya mereka. Tetapi, apabila ini diyakini sebagai bentuk kawah candradimuka dan konteks menempuh kuota untuk mencapai kesuksesan, paradigma ini akan membentuk sebuah pribadi yang bukan hanya bisa sukses untuk dirinya sendiri tetapi juga bagaimana sukses untuk orang lain. Hal ini didukung oleh Nur Wahid, ayah Lina yang juga akademisi di sebuah sekolah menengah, hal ini yang menjadi sebuah nilai tambah bagi generasi seangkatan putrinya tersebut.
Usai bersantap siang bersama, rombongan kemudian diajak beramah-tamah dengan relawan JRU, Tri Prameswari dan Sri Hartini yang menjadi pemilik Warung Wedangan. Setengah tidak percaya, mereka benar-benar tidak meyakini jika kekuatan komunitas yang ada di JRU telah mampu mengubah seorang asisten rumah tangga seperti Sri Hartini memiliki sebuah bisnis yang tidak bisa dibilang kecil jika dihitung berdasar nominal omzet. Hal yang menjadi perhatian mereka adalah bagaimana sebuah keyakinan bisa dibentuk dan menjadi faktor pengungkit bagi siapapun untuk menjadi apapun—termasuk yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Usai dari Warung, mereka kemudian bertandang ke John Foil, unit hot print (foil) terbaru yang kali ini dimiliki oleh Karjono atau yang akrab dipanggil Mas Jon, suami Sri Hartini yang pernah menjadi kuli bangunan sebelumnya. Dari John Foil, mereka kemudian meninjau lokasi asrama putri Wiramuda sekaligus markas Wiramuda yang terletak di bilangan Abimanyu. Dari Abimanyu, mereka kemudian menerima penjelasan proses grafika dimulai dari kunjungan di Puspa Offset di Surtikanti. Kunjungan kemudian diakhiri dengan silaturahmi bersama di markas Falah Etnik Card di bilangan Kalisari.
Santoso, paman Serena yang sangat dekat dengan keponakannya tersebut menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan atas apa yang sudah diberikan oleh Wiramuda kepada keponakannya dan teman-temannya yang lain. “Ini adalah sebuah kesempatan yang bagus dan harus dimanfaatkan dengan baik oleh keponakan saya dan teman-temannya,” ujarnya gembira. Santoso menggarisbawahi kelengkapan infrastruktur industri grafika dalam skala mikro yang dimiliki oleh JRU bukan hanya inspirasi bagus tetapi juga pelajaran akan sebuah komitmen dan ketekunan dalam berusaha.
Dalam silaturahmi di Falah Etnik Card, Sutar Adijoyo, relawan senior JRU menyampaikan sekelumit perjalanan hidupnya hingga akhirnya nyaman memilih jalan menjadi seorang wirausaha. “Bagi saya, menjadi wirausaha itu penuh dengan hadiah. Hadiah yang bisa mencukupkan hidup saya sekaligus juga melengkapkan saya sebagai manusia yang tidak hanya hidup sendiri tetapi juga orang lain,” tuturnya. Kristalisasi inilah yang kemudian membuat seorang Sudarsono memahami pilihan anaknya berpetualang mengasah jiwa dan mental kewirausahaan.
Sudarsono mengaku jika sebagai orang tua, dirinya hanya bisa menyekolahkan kedua anaknya hingga jenjang pendidikan menengah. Pilihan bekerja mandiri tentu saja bukan pilihan mudah bagi mereka karena kondisi sosial-ekonomi yang menuntut mereka untuk “survive” dengan jalan generik menjadi pegawai. Melalui momentum ini, Sudarsono kemudian banyak berpesan secara khusus kepada anaknya, Reza Dwi Purwanto, dan secara umum kepada seluruh Wiramuda untuk selalu bekerja keras dan mengikuti apa yang sudah digariskan. “Apa yang saya rasakan di sini tentu saja membuat saya yakin pilihan seorang Reza bukanlah pilihan yang salah,” sambungnya bijak.
Kegiatan kunjungan orang tua ini akan terus diselenggarakan oleh Pendidikan Wiramuda dan JRU sebagia bentuk tanggung jawab kepada seluruh orang tua peserta Pendidikan Wiramuda. Terpilih untuk gelombang pertama ini memang mereka yang berdomisili di Semarang, tetapi ini berlaku juga untuk orang tua Tina Wiramuda yang berasal dari Blora, Aris Supriyanto yang berasal dari Karanganyar, Taufan Jaka Andhika dari Sragen, Ahmad Sirojudin yang berada di Demak, dan jika memungkinkan orang tua dari Tri Herwanti yang berada di tanah seberang, Nangroe Aceh Darussalam.
“Ini adalah komitmen kami untuk menunjukkan jika pendidikan yang ditempuh buah hati mereka merupakan model pendidikan yang diharapkan bisa memberikan makna bagi kehidupan mereka selanjutnya,” ujar Adhimmas Nugroho, relawan JRU yang mendapat tugas sebagai Pamong Pratama Pendidikan Wiramuda. Maju terus Wiramuda kita!