BUKA BERSAMA & DISKUSI JRU-WIRAMUDA
Fokus pada Ketuntasan Belajar melalui Kreativitas dan Kepercayaan Diri
Tahun ini merupakan Ramadhan kedua bagi Wiramuda. Pada tahun kedua ini, fase memasuki tahap tinggal landas berwirausaha sudah harus menjadi pemikiran mereka. Proses pembelajaran mentalitas dan kompetensi di dunia kreatif bagi mereka sudah selayaknya diimplementasikan ke dalam skema bisnis riil yang menjadi ladang pembuktian proses pembelajaran mereka.
Melalui proses pendampingan dan pengembangan kompetensi yang terbilang unik, Wiramuda pada tahun kedua ini sudah harus mampu memilih jenis bisnis yang tumbuh dari kompetensi yang mereka miliki sendiri. Kesadaran untuk memilih tersebut dikembangkan sebagai bentuk pembelajaran kepada mereka jika hidup sebenarnya hanyalah serangkaian pilihan yang memang harus dipilih dengan kesadaran. Bukan perkara yang sederhana memang karena pilihan mereka tentu saja harus disesuaikan dengan peluang pasar yang ada serta daya dukung mata rantai yang ada di sekitar mereka.
Setidaknya itulah yang muncul dalam kegiatan diskusi sekaligus buka bersama antara pamong Wiramuda yang seluruhnya adalah relawan di JRU dengan seluruh Wiramuda. Diskusi yang memang dirancang sebagai bekal menjelang libur Idul Fitri tersebut merupakan momentum dialog untuk mengevaluasi eksistensi mereka ke depan. Beberapa Wiramuda di antaranya kini memang sudah memiliki pijakan bisnis sebagai bentuk pertanggungjawaban atas proses pembelajaran mereka. Ada Lilies Fajeri yang kini tengah berasyik mengembangkan bisnis ritel produk grafika kreatif JRU, Aris Sriyono yang tengah mempersiapkan segala sesuatunya untuk membuka pusat pendidikan desain grafis, dan beberapa lainnya yang juga sedang berproses “menjemput matahari” impian mereka.
Secara implisit, ini memang sebuah signifikansi dari doktrin konstanta pertumbuhan yang ditanamkan kepada mereka sejak bergabung dalam Pendidikan Wiramuda. “Ada pertumbuhan menggembirakan secara mentalitas maupun kompetensi dari mereka karena sebenarnya kini mereka yang lebih banyak menentukan hal apa saja yang akan mereka geluti,” tutur Agung Kurniawan, relawan JRU yang kini dipercaya menjadi Ketua Pokja Pengembangan JRU yang intensif memetakan peluang baru bagi Wiramuda. Agung kemudian melanjutkan jika saat ini yang tengah ditanamkan kepada mereka adalah bagaimana mereka menyusun prioritas dan kemandirian dalam bergerak yang bukan perkara mudah tetapi penting bagi seorang wirausaha.
Selain Agung Kurniawan, dadir dalam diskusi tersebut antara lain iLik sAs, Koordinator Relawan JRU yang didampingi oleh beberapa relawan yaitu Heruningsih Kusumaningrum, Ari Rachmawati, Agung Sulis, dan Adhimmas Nugroho. Heruningsih yang dikenal dekat dengan Wiramuda memberikan evaluasi fundamental kepada Wiramuda berupa peningkatan kepercayaan diri yang sudah seharusnya menjadi disadari untuk menjadi manusia yang utuh. “Teman-teman harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi karena bagaimanapun juga kompetensi dan mentalitas kalian idealnya menjadi bekal kesuksesan yang nyata dan terbukti,” tuturnya bersemangat. Heruningsih menyebutkan jika modal kompetensi dan mentalitas Wiramuda hari ini sesungguhnya adalah standar kualitas yang ditanamkan oleh JRU kepada seluruh koordinator yang menjadi pamong mereka. “Mendidik kalian sebenarnya sama dengan menjadikan kalian sebagai koordinator, pejuang pemberdaya masyarakat melalui jalan kewirausahaan,” lanjutnya penuh antusias.
Tanggung jawab inilah yang kemudian dirumuskan oleh iLik sAs sebagai periode tuntas dalam belajar. “Tuntas di sini ujungnya adalah terciptanya sebuah kreativitas dan kepercayaan diri,” ujarnya singkat namun dalam. Ketuntasan tersebut bermakna sangat luas karena seorang wirausaha yang memiliki kualifikasi unggulan di dalam dirinya tumbuh semangat kreatif yang dilandasi dengan kepercayaan diri. Inilah bekal pertama yang membuat banyak nama di dunia ini kemudian tenar sebagai pebisnis lintas generasi. “Kita tidak akan berbincang soal kerendah-hatian terlebih dulu, tetapi bagaimana mengelola kepercayaan diri sebagai bekal utama yang tetap tidak melanggar batas kewajaran itulah esensi yang kadang terlupakan,” lanjutnya. Rendah hati tentu saja bisa menjadi bumerang ketika tidak dibarengi dengan sebuah kepercayaan diri yang kuat di mana seseorang pada situasi dan kondisi yang tepat memunculkan eksistensi dirinya melalui pernyataan prestasi.
Menanggapi pesan tersebut, Taufan Jaka Andika, salah seorang Wiramuda memandang hal tersebut adalah sesuatu yang positif. Konteks filosofi “beprestasi dan berbuat baik” yang diyakini oleh JRU menjadi landasan utama mengapa ini semua mengemuka dalam forum yang dibangun dalam suasana santai dan akrab tersebut. “Sebagai anak muda yang mau tidak mau harus terus belajar, sepertinya kami pelu semakin dalam menghidupi filosofi berprestasi dan berbuat baik tersebut,” tuturnya singkat. Diskusi kemudian berlanjut dengan pembagian tabungan kolektif Wiramuda yang sudah setahun ini menjadi tradisi positif di antara mereka dan buka puasa bersama yang memasuki detik-detik terakhir di 1431 H ini.
Melalui proses pendampingan dan pengembangan kompetensi yang terbilang unik, Wiramuda pada tahun kedua ini sudah harus mampu memilih jenis bisnis yang tumbuh dari kompetensi yang mereka miliki sendiri. Kesadaran untuk memilih tersebut dikembangkan sebagai bentuk pembelajaran kepada mereka jika hidup sebenarnya hanyalah serangkaian pilihan yang memang harus dipilih dengan kesadaran. Bukan perkara yang sederhana memang karena pilihan mereka tentu saja harus disesuaikan dengan peluang pasar yang ada serta daya dukung mata rantai yang ada di sekitar mereka.
Setidaknya itulah yang muncul dalam kegiatan diskusi sekaligus buka bersama antara pamong Wiramuda yang seluruhnya adalah relawan di JRU dengan seluruh Wiramuda. Diskusi yang memang dirancang sebagai bekal menjelang libur Idul Fitri tersebut merupakan momentum dialog untuk mengevaluasi eksistensi mereka ke depan. Beberapa Wiramuda di antaranya kini memang sudah memiliki pijakan bisnis sebagai bentuk pertanggungjawaban atas proses pembelajaran mereka. Ada Lilies Fajeri yang kini tengah berasyik mengembangkan bisnis ritel produk grafika kreatif JRU, Aris Sriyono yang tengah mempersiapkan segala sesuatunya untuk membuka pusat pendidikan desain grafis, dan beberapa lainnya yang juga sedang berproses “menjemput matahari” impian mereka.
Secara implisit, ini memang sebuah signifikansi dari doktrin konstanta pertumbuhan yang ditanamkan kepada mereka sejak bergabung dalam Pendidikan Wiramuda. “Ada pertumbuhan menggembirakan secara mentalitas maupun kompetensi dari mereka karena sebenarnya kini mereka yang lebih banyak menentukan hal apa saja yang akan mereka geluti,” tutur Agung Kurniawan, relawan JRU yang kini dipercaya menjadi Ketua Pokja Pengembangan JRU yang intensif memetakan peluang baru bagi Wiramuda. Agung kemudian melanjutkan jika saat ini yang tengah ditanamkan kepada mereka adalah bagaimana mereka menyusun prioritas dan kemandirian dalam bergerak yang bukan perkara mudah tetapi penting bagi seorang wirausaha.
Selain Agung Kurniawan, dadir dalam diskusi tersebut antara lain iLik sAs, Koordinator Relawan JRU yang didampingi oleh beberapa relawan yaitu Heruningsih Kusumaningrum, Ari Rachmawati, Agung Sulis, dan Adhimmas Nugroho. Heruningsih yang dikenal dekat dengan Wiramuda memberikan evaluasi fundamental kepada Wiramuda berupa peningkatan kepercayaan diri yang sudah seharusnya menjadi disadari untuk menjadi manusia yang utuh. “Teman-teman harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi karena bagaimanapun juga kompetensi dan mentalitas kalian idealnya menjadi bekal kesuksesan yang nyata dan terbukti,” tuturnya bersemangat. Heruningsih menyebutkan jika modal kompetensi dan mentalitas Wiramuda hari ini sesungguhnya adalah standar kualitas yang ditanamkan oleh JRU kepada seluruh koordinator yang menjadi pamong mereka. “Mendidik kalian sebenarnya sama dengan menjadikan kalian sebagai koordinator, pejuang pemberdaya masyarakat melalui jalan kewirausahaan,” lanjutnya penuh antusias.
Tanggung jawab inilah yang kemudian dirumuskan oleh iLik sAs sebagai periode tuntas dalam belajar. “Tuntas di sini ujungnya adalah terciptanya sebuah kreativitas dan kepercayaan diri,” ujarnya singkat namun dalam. Ketuntasan tersebut bermakna sangat luas karena seorang wirausaha yang memiliki kualifikasi unggulan di dalam dirinya tumbuh semangat kreatif yang dilandasi dengan kepercayaan diri. Inilah bekal pertama yang membuat banyak nama di dunia ini kemudian tenar sebagai pebisnis lintas generasi. “Kita tidak akan berbincang soal kerendah-hatian terlebih dulu, tetapi bagaimana mengelola kepercayaan diri sebagai bekal utama yang tetap tidak melanggar batas kewajaran itulah esensi yang kadang terlupakan,” lanjutnya. Rendah hati tentu saja bisa menjadi bumerang ketika tidak dibarengi dengan sebuah kepercayaan diri yang kuat di mana seseorang pada situasi dan kondisi yang tepat memunculkan eksistensi dirinya melalui pernyataan prestasi.
Menanggapi pesan tersebut, Taufan Jaka Andika, salah seorang Wiramuda memandang hal tersebut adalah sesuatu yang positif. Konteks filosofi “beprestasi dan berbuat baik” yang diyakini oleh JRU menjadi landasan utama mengapa ini semua mengemuka dalam forum yang dibangun dalam suasana santai dan akrab tersebut. “Sebagai anak muda yang mau tidak mau harus terus belajar, sepertinya kami pelu semakin dalam menghidupi filosofi berprestasi dan berbuat baik tersebut,” tuturnya singkat. Diskusi kemudian berlanjut dengan pembagian tabungan kolektif Wiramuda yang sudah setahun ini menjadi tradisi positif di antara mereka dan buka puasa bersama yang memasuki detik-detik terakhir di 1431 H ini.