Perempuan-perempuan yang Bersemangat dan Berprestasi
Beberapa waktu lalu, Jaringan RumahUSAHA mendapat kesempatan untuk berbagi pengalaman dan semangat di hadapan 1200 perempuan yang menjadi debitur program pinjaman kelompok mereka. Pengalaman menarik dari kegiatan inspiratif tersebut dituliskan oleh Heruningsih Kusumaningrum berikut ini :
Pagi yang cerah saat itu mengiringi langkah saya menapakkan kaki di GOR Jatidiri. Masih pagi memang, tetapi sudah ada denyut kehidupan di sana. Ada puluhan angkutan kota yang terparkir. Ibu-ibu juga berdiri berkelompok menanti teman-temannya bersiap seluruhnya. Tak hanya ibu-ibu, digamit pula anak-anak mereka yang masih berusia balita. Tua muda bergabung jadi satu. Kehidupan pagi itu semakin semarak dengan kehadiran “PKL darurat” yang menjajakan siomay, soto ayam, bakso, tahu gimbal, hingga balon mainan. Riuh benar suasana pagi itu di Jatidiri…
Saya memang tidak sedang menceritakan keriuhannya, tetapi saya ingin menggambarkan jika Sabtu tersebut akan disulap menjadi sebuah Sabtu yang meriah. Setidaknya bagi ibu-ibu yang hadir tersebut. Mereka berkumpul karena diundang oleh Bank Sahabat Purba Danarta. Mereka adalah debitur dari salah satu produk pembiayaan mikro bank ini, Program Pelayanan Pinjaman Kelompok (PPPK) atau kerennya disebut sebagai “group loan”. Acara yang diberi label Gathering tersebut mengundang 1200 debitur dari seluruh penjuru Semarang dan Ungaran untuk berkumpul bersama. Mereka akan bersama dihibur oleh band para AO (sebutan untuk tim pemasaran yang juga menjadi pendamping bisnis mereka), kesenian tradisional, dan motivasi yang akan diisi oleh Jaringan RumahUSAHA. Hmm… membanggakan memang…
Jaringan RumahUSAHA siang itu diwakili oleh lima relawan perempuan yaitu Nofa Kartina Dewi, Arie Rachmawati, Sri Hartini, Tri Prameswari, dan saya sendiri. Tak lupa diajak adalah relawan yang juga komandan musisi JRU, Arif Yudith yang membawa serta dua musisi berbakat dari adik-adik Wiramuda, Sugiyanto dan Reza Dwi Purwanto. Tentu saja, rombongan yang datang sampai dengan dua mobil ini bersama pasangan Founder JRU, iLik sAs dan Ririn Narulita yang tampil kompak dengan kemeja putih.
Saatnya pun tiba, kami bersama mendendangkan “Mars Sahabat” yang secara khusus diracik oleh Mas Arif untuk bank yang bagi kami sudah menjadi sahabat tersebut. Founder JRU menyambung kemudian membuka dialog dengan audiens tentang bagaimana seharusnya perempuan menjadi insan yang mampu berprestasi dan berbuat baik. Inti awal dari semua tersebut adalah satu, memaafkan diri sendiri atas segala kekurangan kita dan suami, bahkan mungkin anak. Melalui memaafkan tersebut akan timbul semangat untuk belajar dan bertumbuh menjadi lebih baik. Hanya diri sendiri yang bisa mengubah itu semua. Lingkungan yang positif menjadi faktor pendukung selanjutnya, seperti halnya berbagai pertemuan bulanan yang diselenggarakan bank ini bagi para debiturnya. Bila semuanya dikombinasikan, hasilnya adalah formulasi kesuksesan yang lahir-batin…
Tentu saja di pagi yang sudah beranjak siang tersebut, JRU tidak sedang berteori semata. Koordinator unit usaha di JRU sebagian besar adalah perempuan, yang tentu saja tidak mudah untuk membalikkan persepsi umum masyarakat tentang mereka di awal karier. Saya sendiri menceritakan bagaimana saya harus sabar memberi pemahaman kepada suami tercinta saya, Agung Sulistiarto, tentang dunia kewirausahaan. Bila hari ini kami diberi berkat menjadi pasangan pengusaha, tentu saja itu berkat saya bisa memahami dirinya dan dia juga mau belajar kepada saya dan lingkungan saya. Hal yang sama berlaku untuk Sri Hartini, relawan pemilik Warung Wedangan tersebut bahkan dapat melampaui batas dengan memboyong sang suami yang baru saja dinikahinya untuk ikut dengannya berkarya di Semarang, bukan dirinya yang ke Jakarta. Hasilnya, Henricus Karjono kini kita bisa temukan menjadi pemilik salah satu unit usaha JRU, John Foil.
Cerita tentang kami memang tidak berhenti sampai di situ. Ada Tri Prameswari dan Arie Rachmawati yang dengan kokoh menjadi pendamping yang baik di rumah dan penopang hidup keluarga. Tri yang dulu adalah anak asuh dari JRU sejak SMP tersebut kini menjadi seorang perempuan percaya diri berkat ketekunannya membaca dan belajar. Arie juga begitu, sikapnya yang selalu mawas diri sejak membangun karier dari bawah di JRU menjadikannya kini menjadi salah satu relawan yang banyak mendampingi wirausaha muda baru.
Ah… ini hanya cerita biasa bila dibandingkan dengan semua yang hadir di sana hari itu. Kami semua di hari itu tengah belajar, masih banyak perempuan yang harus dibangkitkan semangatnya berwirausaha. Mereka bersemangat dan mereka menginspirasi kami untuk terus berkarya. Kini kami sudah bisa membuktikan jika perempuan bisa berprestasi, saatnya kami juga membuat lebih banyak perempuan bisa berprestasi… Hidup dengan semangat berprestasi dan berbuat baik…
Heruningsih Kusumaningrum
Relawan JRU dan ibu dari dua anak
Istri dari seorang pria yang kini juga berwirausaha
Pagi yang cerah saat itu mengiringi langkah saya menapakkan kaki di GOR Jatidiri. Masih pagi memang, tetapi sudah ada denyut kehidupan di sana. Ada puluhan angkutan kota yang terparkir. Ibu-ibu juga berdiri berkelompok menanti teman-temannya bersiap seluruhnya. Tak hanya ibu-ibu, digamit pula anak-anak mereka yang masih berusia balita. Tua muda bergabung jadi satu. Kehidupan pagi itu semakin semarak dengan kehadiran “PKL darurat” yang menjajakan siomay, soto ayam, bakso, tahu gimbal, hingga balon mainan. Riuh benar suasana pagi itu di Jatidiri…
Saya memang tidak sedang menceritakan keriuhannya, tetapi saya ingin menggambarkan jika Sabtu tersebut akan disulap menjadi sebuah Sabtu yang meriah. Setidaknya bagi ibu-ibu yang hadir tersebut. Mereka berkumpul karena diundang oleh Bank Sahabat Purba Danarta. Mereka adalah debitur dari salah satu produk pembiayaan mikro bank ini, Program Pelayanan Pinjaman Kelompok (PPPK) atau kerennya disebut sebagai “group loan”. Acara yang diberi label Gathering tersebut mengundang 1200 debitur dari seluruh penjuru Semarang dan Ungaran untuk berkumpul bersama. Mereka akan bersama dihibur oleh band para AO (sebutan untuk tim pemasaran yang juga menjadi pendamping bisnis mereka), kesenian tradisional, dan motivasi yang akan diisi oleh Jaringan RumahUSAHA. Hmm… membanggakan memang…
Jaringan RumahUSAHA siang itu diwakili oleh lima relawan perempuan yaitu Nofa Kartina Dewi, Arie Rachmawati, Sri Hartini, Tri Prameswari, dan saya sendiri. Tak lupa diajak adalah relawan yang juga komandan musisi JRU, Arif Yudith yang membawa serta dua musisi berbakat dari adik-adik Wiramuda, Sugiyanto dan Reza Dwi Purwanto. Tentu saja, rombongan yang datang sampai dengan dua mobil ini bersama pasangan Founder JRU, iLik sAs dan Ririn Narulita yang tampil kompak dengan kemeja putih.
Saatnya pun tiba, kami bersama mendendangkan “Mars Sahabat” yang secara khusus diracik oleh Mas Arif untuk bank yang bagi kami sudah menjadi sahabat tersebut. Founder JRU menyambung kemudian membuka dialog dengan audiens tentang bagaimana seharusnya perempuan menjadi insan yang mampu berprestasi dan berbuat baik. Inti awal dari semua tersebut adalah satu, memaafkan diri sendiri atas segala kekurangan kita dan suami, bahkan mungkin anak. Melalui memaafkan tersebut akan timbul semangat untuk belajar dan bertumbuh menjadi lebih baik. Hanya diri sendiri yang bisa mengubah itu semua. Lingkungan yang positif menjadi faktor pendukung selanjutnya, seperti halnya berbagai pertemuan bulanan yang diselenggarakan bank ini bagi para debiturnya. Bila semuanya dikombinasikan, hasilnya adalah formulasi kesuksesan yang lahir-batin…
Tentu saja di pagi yang sudah beranjak siang tersebut, JRU tidak sedang berteori semata. Koordinator unit usaha di JRU sebagian besar adalah perempuan, yang tentu saja tidak mudah untuk membalikkan persepsi umum masyarakat tentang mereka di awal karier. Saya sendiri menceritakan bagaimana saya harus sabar memberi pemahaman kepada suami tercinta saya, Agung Sulistiarto, tentang dunia kewirausahaan. Bila hari ini kami diberi berkat menjadi pasangan pengusaha, tentu saja itu berkat saya bisa memahami dirinya dan dia juga mau belajar kepada saya dan lingkungan saya. Hal yang sama berlaku untuk Sri Hartini, relawan pemilik Warung Wedangan tersebut bahkan dapat melampaui batas dengan memboyong sang suami yang baru saja dinikahinya untuk ikut dengannya berkarya di Semarang, bukan dirinya yang ke Jakarta. Hasilnya, Henricus Karjono kini kita bisa temukan menjadi pemilik salah satu unit usaha JRU, John Foil.
Cerita tentang kami memang tidak berhenti sampai di situ. Ada Tri Prameswari dan Arie Rachmawati yang dengan kokoh menjadi pendamping yang baik di rumah dan penopang hidup keluarga. Tri yang dulu adalah anak asuh dari JRU sejak SMP tersebut kini menjadi seorang perempuan percaya diri berkat ketekunannya membaca dan belajar. Arie juga begitu, sikapnya yang selalu mawas diri sejak membangun karier dari bawah di JRU menjadikannya kini menjadi salah satu relawan yang banyak mendampingi wirausaha muda baru.
Ah… ini hanya cerita biasa bila dibandingkan dengan semua yang hadir di sana hari itu. Kami semua di hari itu tengah belajar, masih banyak perempuan yang harus dibangkitkan semangatnya berwirausaha. Mereka bersemangat dan mereka menginspirasi kami untuk terus berkarya. Kini kami sudah bisa membuktikan jika perempuan bisa berprestasi, saatnya kami juga membuat lebih banyak perempuan bisa berprestasi… Hidup dengan semangat berprestasi dan berbuat baik…
Heruningsih Kusumaningrum
Relawan JRU dan ibu dari dua anak
Istri dari seorang pria yang kini juga berwirausaha