Dahsyatnya Memberi
Bagas adalah seorang anak remaja. Pada suatu malam, ia akan menonton sirkus bersama seorang temannya. Ketika tiba di loket, Bagas dan temannya mengantri di belakang serombongan keluarga besar yang terdiri dari Bapak, Ibu dan delapan orang anaknya. Keluarga tersebut terlihat antusias. Mereka sangat bahagia akan menonton sirkus.
Namun suatu masalah terjadi ketika mereka sampai di loket dan hendak membayar. Wajah Bapak dari delapan anak tersebut nampak pucat. Ternyata uang mereka tidak cukup untuk membayar tiket. Uang si bapak hanya Rp 40 ribu. Sedangkan uang yang harus dikeluarkan untuk membayar tiket dua orang dewasa dan delapan orang anak adalah sejumlah Rp 60 ribu.
Pasangan suami istri itu pun kemudian berbisik. Mereka bingung bagaimana harus mengatakan semua ini kepada anak-anak mereka. Mereka tidak mungkin membatalkan menonton sirkus, sementara anak-anak mereka tampak sangat antusias dan gembira untuk segera menonton. Kemudian Bagas dan temannya yang berada di belakang antrian keluarga tersebut mempunyai ide cemerlang. Teman Bagas menyapa si bapak tersebut dan berkata, “Maaf Pak, uang ini tadi jatuh dari saku Bapak,” sambil menyodorkan lembaran Rp 20 ribu dan mengedipkan sebelah matanya.
Bapak tersebut sangat berterimakasih atas apa yang dilakukan teman Bagas. Tiket seharga Rp 60 ribu itu akhirnya dapat jatuh ke tangan mereka. Dengan perasaan riang, keluarga besar itu pun segera masuk ke dalam sirkus. Setelah keluarga tersebut masuk, Bagas dan temannya bergegas pulang. Ya, mereka batal menonton sirkus, karena uang Bagas dan temannya sudah diberikan kepada Bapak dari delapan anak tadi.
Cerita tersebut dapat memberikan inspirasi agar tidak segan-segan memberi kepada orang lain. Memberi tak hanya berbentuk uang atau harta. Memberi bisa berwujud apa saja. Bila kita tidak mempunyai dana yang cukup, kita bisa memberi dalam bentuk lain. Berikanlah apa yang ingin kita dapatkan. Misalnya kita ingin mendapatkan kasih sayang, berikanlah kasih sayang. Jika kita ingin dihargai orang lain, maka hargailah orang lain. Atau jika kita menginginkan keceriaan, maka berikanlah keceriaan itu kepada orang lain, walaupun hanya dengan senyuman.
Hal ini sesuai dengan hukum memberi dan menerima. Proses memberi dan menerima sebenarnya adalah satu kesatuan. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Alam ini juga bekerja menurut sirkulasi memberi dan menerima. Memberi mempunyai kekuatan dahsyat yang tersimpan di dalamnya. Semua yang kita terima adalah dampak dari berapa banyak yang kita berikan. Semakin besar yang kita berikan, semakin besar pula yang kita peroleh. Inilah kekuatan memberi.
Serena Marga
Wiramuda, Relawan JRU
twitter: @saoriserena
Namun suatu masalah terjadi ketika mereka sampai di loket dan hendak membayar. Wajah Bapak dari delapan anak tersebut nampak pucat. Ternyata uang mereka tidak cukup untuk membayar tiket. Uang si bapak hanya Rp 40 ribu. Sedangkan uang yang harus dikeluarkan untuk membayar tiket dua orang dewasa dan delapan orang anak adalah sejumlah Rp 60 ribu.
Pasangan suami istri itu pun kemudian berbisik. Mereka bingung bagaimana harus mengatakan semua ini kepada anak-anak mereka. Mereka tidak mungkin membatalkan menonton sirkus, sementara anak-anak mereka tampak sangat antusias dan gembira untuk segera menonton. Kemudian Bagas dan temannya yang berada di belakang antrian keluarga tersebut mempunyai ide cemerlang. Teman Bagas menyapa si bapak tersebut dan berkata, “Maaf Pak, uang ini tadi jatuh dari saku Bapak,” sambil menyodorkan lembaran Rp 20 ribu dan mengedipkan sebelah matanya.
Bapak tersebut sangat berterimakasih atas apa yang dilakukan teman Bagas. Tiket seharga Rp 60 ribu itu akhirnya dapat jatuh ke tangan mereka. Dengan perasaan riang, keluarga besar itu pun segera masuk ke dalam sirkus. Setelah keluarga tersebut masuk, Bagas dan temannya bergegas pulang. Ya, mereka batal menonton sirkus, karena uang Bagas dan temannya sudah diberikan kepada Bapak dari delapan anak tadi.
Cerita tersebut dapat memberikan inspirasi agar tidak segan-segan memberi kepada orang lain. Memberi tak hanya berbentuk uang atau harta. Memberi bisa berwujud apa saja. Bila kita tidak mempunyai dana yang cukup, kita bisa memberi dalam bentuk lain. Berikanlah apa yang ingin kita dapatkan. Misalnya kita ingin mendapatkan kasih sayang, berikanlah kasih sayang. Jika kita ingin dihargai orang lain, maka hargailah orang lain. Atau jika kita menginginkan keceriaan, maka berikanlah keceriaan itu kepada orang lain, walaupun hanya dengan senyuman.
Hal ini sesuai dengan hukum memberi dan menerima. Proses memberi dan menerima sebenarnya adalah satu kesatuan. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Alam ini juga bekerja menurut sirkulasi memberi dan menerima. Memberi mempunyai kekuatan dahsyat yang tersimpan di dalamnya. Semua yang kita terima adalah dampak dari berapa banyak yang kita berikan. Semakin besar yang kita berikan, semakin besar pula yang kita peroleh. Inilah kekuatan memberi.
Serena Marga
Wiramuda, Relawan JRU
twitter: @saoriserena