JRU Gandeng Komunitas Bunda Profesional
Mengembangkan gerakan tidak akan pernah bisa tanpa didukung oleh komunitas lainnya yang memiliki persamaan visi dan tujuan. Inilah yang kemudian menjadi filosofi bagi JRU untuk terus mengembangkan jejaring dengan komunitas lainnya. Salah satunya adalah Komunitas Bunda Profesional. Simak ceritanya berikut ini :
Pernah mendengar kiprah Septi Peni Wulandani? Dialah ibu rumah tangga, pendidik, dan pemilik dari jaringan komunitas Jarimatika yang menasional tersebut. Kiprahnya sebagai pendidik sudah banyak dikenal publik lewat berbagai ekspos media dan lembaga pendidikan yang dipimpinnya, Jarimatika. Tinggal di Salatiga bersama suami tercita, Dodik Mariyanto dan ketiga buah hati mereka. Mereka adalah keluarga yang tumbuh unik karena memiliki prinsip bahwa anak harus dibimbing orang tuanya. Jadilah ketiga buah hati mereka menikmati homeschooling sebagai alternatif pembelajaran.
Bukan itu saja yang unik dari pasangan luar biasa ini. Septi Peni Wulandani juga adalah seorang wirausaha sosial. Kegelisahannya akan potensi ibu-ibu rumah tangga dimanifestasikan dengan gerakan Bunda Profesional yang diinisiasinya. Melalui komunitas ini, ibu-ibu rumah tangga diinspirasi untuk benar-benar profesional menjalani profesi sebagai ibu rumah tangga dalam konteks mendidik anak. Setelah mereka profesional dalam mendidik anak, tahapan selanjuutnya adalah bagaimana menjadikan waktu mereka di rumah menjadi sesuatu yanhg produktif. Septi memiliki solusinya melalui kegiatan pemberdayaan produksi APE berbasis klaster, penyelenggaraan kursus pendidikan, dan hal-hal lain yang kemudian dapat di-sharing bersama.
Dilandasi semangat untuk saling memberdayakan ini, JRU dan Komunitas Bunda Profesional menemukan titik pertemuan. Diawali dengan kontak melalui dunia maya, JRU kemudian bertandang ke markas Septi dan Jarimatika di Margosari, Salatiga. Ada banyak hal yang kemudian digagas bersama antara JRU dan Komunitas Bunda Profesional. Ririn Narulita, Founder JRU yang juga berprofesi sebagai ibu rumah tangga profesional, menyebutkan jika gerakan yang dimiliki Bu Septi dan JRU hampir sama. “Kami juga bercita-cita untuk mengangkat nilai perempuan di konteks sosial sebagai orang yang mandiri,” tuturnya. Kunjungan JRU tersebut diwakili antara lain oleh iLik sAs, Ririn Narulita, Agung Kurniawan, dan Adhimmas Nugroho. Selain itu, rombongan juga diajak untuk menengok sebidang tanah di perkampungan Salatiga yang disulap oleh Septi menjadi sebuah Padepokan Lebah Putih.
Tali silaturahmi kemudian bersambung. Sebagai representasi dari Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI), Septi yang menjabat sebagai Wakil Ketua gerakan nasional ini kemudian melakukan kunjungan balasan dan dukungan untuk inisiatif JRU sebagai motor industri kreatif Semarang. Kunjungan balasan berupa silaturahmi ke JRU dilakukan sehari setelahnya dengan mengunjungi beberapa unit pendampingan usaha seperti Salma Card, Cantik Creative Craft, dan Warung Wedangan. Septi juga menyempatkan hadir di forum-forum kecil yang diinisiasi JRU sebagai upaya untuk memadukan komunitas kreatif di Semarang. “Yang terpenting adalah bagaimana tindak lanjut dari ini semua menjadi sebuah gerakan yang tidak perlu besar tetapi riil dikerjakan,” tutur Septi berpesan agar gerakan-gerakan yang luar biasa positif ini terus divibrasi.
Pernah mendengar kiprah Septi Peni Wulandani? Dialah ibu rumah tangga, pendidik, dan pemilik dari jaringan komunitas Jarimatika yang menasional tersebut. Kiprahnya sebagai pendidik sudah banyak dikenal publik lewat berbagai ekspos media dan lembaga pendidikan yang dipimpinnya, Jarimatika. Tinggal di Salatiga bersama suami tercita, Dodik Mariyanto dan ketiga buah hati mereka. Mereka adalah keluarga yang tumbuh unik karena memiliki prinsip bahwa anak harus dibimbing orang tuanya. Jadilah ketiga buah hati mereka menikmati homeschooling sebagai alternatif pembelajaran.
Bukan itu saja yang unik dari pasangan luar biasa ini. Septi Peni Wulandani juga adalah seorang wirausaha sosial. Kegelisahannya akan potensi ibu-ibu rumah tangga dimanifestasikan dengan gerakan Bunda Profesional yang diinisiasinya. Melalui komunitas ini, ibu-ibu rumah tangga diinspirasi untuk benar-benar profesional menjalani profesi sebagai ibu rumah tangga dalam konteks mendidik anak. Setelah mereka profesional dalam mendidik anak, tahapan selanjuutnya adalah bagaimana menjadikan waktu mereka di rumah menjadi sesuatu yanhg produktif. Septi memiliki solusinya melalui kegiatan pemberdayaan produksi APE berbasis klaster, penyelenggaraan kursus pendidikan, dan hal-hal lain yang kemudian dapat di-sharing bersama.
Dilandasi semangat untuk saling memberdayakan ini, JRU dan Komunitas Bunda Profesional menemukan titik pertemuan. Diawali dengan kontak melalui dunia maya, JRU kemudian bertandang ke markas Septi dan Jarimatika di Margosari, Salatiga. Ada banyak hal yang kemudian digagas bersama antara JRU dan Komunitas Bunda Profesional. Ririn Narulita, Founder JRU yang juga berprofesi sebagai ibu rumah tangga profesional, menyebutkan jika gerakan yang dimiliki Bu Septi dan JRU hampir sama. “Kami juga bercita-cita untuk mengangkat nilai perempuan di konteks sosial sebagai orang yang mandiri,” tuturnya. Kunjungan JRU tersebut diwakili antara lain oleh iLik sAs, Ririn Narulita, Agung Kurniawan, dan Adhimmas Nugroho. Selain itu, rombongan juga diajak untuk menengok sebidang tanah di perkampungan Salatiga yang disulap oleh Septi menjadi sebuah Padepokan Lebah Putih.
Tali silaturahmi kemudian bersambung. Sebagai representasi dari Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI), Septi yang menjabat sebagai Wakil Ketua gerakan nasional ini kemudian melakukan kunjungan balasan dan dukungan untuk inisiatif JRU sebagai motor industri kreatif Semarang. Kunjungan balasan berupa silaturahmi ke JRU dilakukan sehari setelahnya dengan mengunjungi beberapa unit pendampingan usaha seperti Salma Card, Cantik Creative Craft, dan Warung Wedangan. Septi juga menyempatkan hadir di forum-forum kecil yang diinisiasi JRU sebagai upaya untuk memadukan komunitas kreatif di Semarang. “Yang terpenting adalah bagaimana tindak lanjut dari ini semua menjadi sebuah gerakan yang tidak perlu besar tetapi riil dikerjakan,” tutur Septi berpesan agar gerakan-gerakan yang luar biasa positif ini terus divibrasi.