JRU Ikuti Diskusi tentang ASEF
Kewirausahaan sosial kini telah menjadi sebuah diskursus yang terus dikembangkan oleh berbagai pihak. Salah satunya melalui koalisi berbagai pegiat kewirausahaan sosial di tingkat Asia untuk mewujudkan sebuah koalisi ekonomi solidaritas. JRU menjadi bagian dari bangunan ekonomi alternatif tersebut!
Melalui keanggotaan melalui Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI), JRU kini menjadi salah satu bagian dari aksi nyata berbagai komunitas di Indonesia untuk mewujudkan masa depan baru melalui kewirausahaan sosial. Kegiatan AKSI kini tidak hanhya berbicara di forum nasional semata, tetapi AKSI telah menjadi bagian dari koalisi kewirausahaan sosial di tingkat Asia melalui partisipasi di Asian Solidarity Economic Forum (ASEF). Vibrasi tentang ASEF ini yang kemudian menjadi bahan diskusi yang diikuti oleh beberapa anggota komunitas AKSI.
Kewirausahaan sosial kini telah menjadi sebuah model baru yang membangun sebuah peradaban ekonomi baru. Menghadirkan Benjamin Quinones Jr, Chairman CSRSME Asia Filipina yang juga salah satu eksponen aktif ASEF, diskusi berlangsung di The Joseph Wibowo Learning Center Universitas Bina Nusantara Jakarta beberapa waktu lalu. Ben menjelaskan jika kewirausahaan sosial telah melahirkan sebuah ekonomi solidaritas yang identik dengan kata “gotong-royong” bagi masyarakat Indonesia. Di Filipina, model ekonomi ini dikenal sebagai “bahanian” yang terbukti bisa membantu berbagai komunitas untuk menghasilkan produk bernilai tambah yang menjadikan mereka memiliki kesempatan untuk menghasilkan uang yang lebih banyak.
Model ekonomi bernilai tambah tersebut dirumuskannya menjadi sebuah Value Chain Development Program (VCDP) yang merangkum sebuah gerakan kewirausahaan dari hulu hingga hilir. Model ekonomi ini yang hendak dikomunikasikan ke tingkat yang sangat makro melalui integrasi antarnegara yang berperan. Model ekonomi ini akan sangat ideal apabila dikembangkan melalui sebuah keswadayaan masyarakat yang profesional. Bentuk lembaganya bisa melalui sebuah institusi profesional yang dikelola oleh sebuah lembaga swadaya masyarakat. Mengapa ini dipilih? Tentu saja ini untuk memberikan perbedaan antara konsep ini dengan konsep kapitalisme umumnya. Melalui gerakan profesional dari sebuah keswadayaan masyarakat yang relatif nirlaba, diharapkan keuntungan dari rantai ekonomi tersebut akan kembali ke masyarakat melalui lembaga keswadayaan tersebut.
JRU mengirimkan salah satu relawannya, Adhimmas Nugroho, pada diskusi tersebut yang muaranya adalah mengundang kepesertaan anggota komunitas pada Konferensi ASEF ketiga yang akan diselenggarakan di Kuala Lumpur, November 2011 mendatang. Pada kesempatan tersebut, Adhimmas juga berkesempatan untuk beramah-tamah dengan tokoh gerakan keswadayaan masyarakat Indonesia, Bambang Ismawan dan beberapa tokoh lainnya. Ya, vibrasi kewirausahaan sosial sesungguhnya adalah sebuah model yang diharapkan bisa menjadi motor perubahan lansekap ekonomi riil nasional!
Melalui keanggotaan melalui Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI), JRU kini menjadi salah satu bagian dari aksi nyata berbagai komunitas di Indonesia untuk mewujudkan masa depan baru melalui kewirausahaan sosial. Kegiatan AKSI kini tidak hanhya berbicara di forum nasional semata, tetapi AKSI telah menjadi bagian dari koalisi kewirausahaan sosial di tingkat Asia melalui partisipasi di Asian Solidarity Economic Forum (ASEF). Vibrasi tentang ASEF ini yang kemudian menjadi bahan diskusi yang diikuti oleh beberapa anggota komunitas AKSI.
Kewirausahaan sosial kini telah menjadi sebuah model baru yang membangun sebuah peradaban ekonomi baru. Menghadirkan Benjamin Quinones Jr, Chairman CSRSME Asia Filipina yang juga salah satu eksponen aktif ASEF, diskusi berlangsung di The Joseph Wibowo Learning Center Universitas Bina Nusantara Jakarta beberapa waktu lalu. Ben menjelaskan jika kewirausahaan sosial telah melahirkan sebuah ekonomi solidaritas yang identik dengan kata “gotong-royong” bagi masyarakat Indonesia. Di Filipina, model ekonomi ini dikenal sebagai “bahanian” yang terbukti bisa membantu berbagai komunitas untuk menghasilkan produk bernilai tambah yang menjadikan mereka memiliki kesempatan untuk menghasilkan uang yang lebih banyak.
Model ekonomi bernilai tambah tersebut dirumuskannya menjadi sebuah Value Chain Development Program (VCDP) yang merangkum sebuah gerakan kewirausahaan dari hulu hingga hilir. Model ekonomi ini yang hendak dikomunikasikan ke tingkat yang sangat makro melalui integrasi antarnegara yang berperan. Model ekonomi ini akan sangat ideal apabila dikembangkan melalui sebuah keswadayaan masyarakat yang profesional. Bentuk lembaganya bisa melalui sebuah institusi profesional yang dikelola oleh sebuah lembaga swadaya masyarakat. Mengapa ini dipilih? Tentu saja ini untuk memberikan perbedaan antara konsep ini dengan konsep kapitalisme umumnya. Melalui gerakan profesional dari sebuah keswadayaan masyarakat yang relatif nirlaba, diharapkan keuntungan dari rantai ekonomi tersebut akan kembali ke masyarakat melalui lembaga keswadayaan tersebut.
JRU mengirimkan salah satu relawannya, Adhimmas Nugroho, pada diskusi tersebut yang muaranya adalah mengundang kepesertaan anggota komunitas pada Konferensi ASEF ketiga yang akan diselenggarakan di Kuala Lumpur, November 2011 mendatang. Pada kesempatan tersebut, Adhimmas juga berkesempatan untuk beramah-tamah dengan tokoh gerakan keswadayaan masyarakat Indonesia, Bambang Ismawan dan beberapa tokoh lainnya. Ya, vibrasi kewirausahaan sosial sesungguhnya adalah sebuah model yang diharapkan bisa menjadi motor perubahan lansekap ekonomi riil nasional!