Jagongan Bersama Bambang Ismawan dan Susilo Adinegoro
Sabtu (02/07) Jaringan RumahUSAHA kembali mendapat kehormatan untuk bisa berkumpul bersama dengan tokoh-tokoh inspiratif di Indonesia. Jagongan sambil wedangan yang diadakan di Warung Wedangan kali ini menghadirkan Bambang Ismawan, Founder Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI) dan Susilo Adinegoro, Founder Sekolah Otonom Sanggar Anak Akar.
Tak hanya dihadiri oleh dua tokoh besar tersebut dan keluarga besar JRU, forum kecil ini juga dihadiri oleh beberapa figur publik seperti Bayu Krisna (public speaker dari Swa Consult Inc.), Dian Adi Prasetyo atau yang sering disapa Didut dari Komunitas Roti Fresh, Muhammad Maulana (Cluster Manager Jateng I Bank Sahabat), Albertus Wicaksono (penulis Buku Ngupiler), dan lain-lain.
Acara ngobrol santai ini berlangsung kurang lebih selama satu jam di Warung Wedangan, Jalan Brotojoyo Blok 4D/15-A Pondok Indraprasta Semarang. Susilo Adinegoro atau yang akrab dipanggil Pakde Sus membuka acara ini dengan bercerita tentang komunitas sekaligus lembaga pendidikannya yang ia sebut dengan Sekolah Otonom Sanggar Anak Akar.
Sekolah Otonom Sanggar Anak Akar adalah sebuah sekolah non-formal bagi anak-anak jalanan yang tidak mampu melanjutkan pendidikan formal. Sekolah yang kini berlokasi di kawasan Gudang Seng, Kalimalang, Jakarta Timur ini telah berdiri sejak 1988. Sebelum menetap disana, sanggar ini harus berpindah-pindah tempat dikarenakan minimnya biaya dan berurusan dengan pihak aparat.
“Tapi inilah yang membuat kami terus belajar akan kehidupan. Sekolah ini dibangun dengan niat, maka dengan niatlah kami akan mempertahankannya,” ujar Pakde Sus. Selain menceritakan awal mula berdirinya Sanggar Anak Akar, Pakde Sus juga menceritakan betapa bangganya ia terhadap anak-anak yang diasuhnya.
“Anak jalanan bukan anak yang tidak bisa diatur dan ugal-ugalan. Mereka hanya tidak mendapatkan kasih sayang dan pembelajaran yang benar. Buktinya, dengan adanya Sanggar Anak Akar ini kami bisa membuktikan bahwa anak jalanan juga mampu berprestasi. Beberapa lulusan kami bahkan bisa menjadi guru di sekolah formal, padahal ia tidak pernah mengenyam pendidikan itu sendiri. Ada pula yang sekarang menjadi jurnalis, supir kedutaan besar Australia, bahkan musisi perkusi yang sering diundang pada perhelatan acara di luar negeri,” tambahnya.
Mengambil benang merah dari itu semua, Bambang Ismawan kemudian mengaitkan semua itu dengan panggilan jiwa. “Semua ini merupakan sebuah panggilan jiwa yang luar biasa. Orang kaya dan sukses belum tentu mampu melakukan tindakan sosial seperti yang Pakde Sus ini lakukan. Nah kita di sini harus mampu menata hati dan jiwa kita agar bisa terpanggil dan melakukan hal mulia seperti ini,” tutup Founder Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI) ini.
Serena Marga
Wiramuda, Relawan JRU
twitter: @saoriserena
Tak hanya dihadiri oleh dua tokoh besar tersebut dan keluarga besar JRU, forum kecil ini juga dihadiri oleh beberapa figur publik seperti Bayu Krisna (public speaker dari Swa Consult Inc.), Dian Adi Prasetyo atau yang sering disapa Didut dari Komunitas Roti Fresh, Muhammad Maulana (Cluster Manager Jateng I Bank Sahabat), Albertus Wicaksono (penulis Buku Ngupiler), dan lain-lain.
Acara ngobrol santai ini berlangsung kurang lebih selama satu jam di Warung Wedangan, Jalan Brotojoyo Blok 4D/15-A Pondok Indraprasta Semarang. Susilo Adinegoro atau yang akrab dipanggil Pakde Sus membuka acara ini dengan bercerita tentang komunitas sekaligus lembaga pendidikannya yang ia sebut dengan Sekolah Otonom Sanggar Anak Akar.
Sekolah Otonom Sanggar Anak Akar adalah sebuah sekolah non-formal bagi anak-anak jalanan yang tidak mampu melanjutkan pendidikan formal. Sekolah yang kini berlokasi di kawasan Gudang Seng, Kalimalang, Jakarta Timur ini telah berdiri sejak 1988. Sebelum menetap disana, sanggar ini harus berpindah-pindah tempat dikarenakan minimnya biaya dan berurusan dengan pihak aparat.
“Tapi inilah yang membuat kami terus belajar akan kehidupan. Sekolah ini dibangun dengan niat, maka dengan niatlah kami akan mempertahankannya,” ujar Pakde Sus. Selain menceritakan awal mula berdirinya Sanggar Anak Akar, Pakde Sus juga menceritakan betapa bangganya ia terhadap anak-anak yang diasuhnya.
“Anak jalanan bukan anak yang tidak bisa diatur dan ugal-ugalan. Mereka hanya tidak mendapatkan kasih sayang dan pembelajaran yang benar. Buktinya, dengan adanya Sanggar Anak Akar ini kami bisa membuktikan bahwa anak jalanan juga mampu berprestasi. Beberapa lulusan kami bahkan bisa menjadi guru di sekolah formal, padahal ia tidak pernah mengenyam pendidikan itu sendiri. Ada pula yang sekarang menjadi jurnalis, supir kedutaan besar Australia, bahkan musisi perkusi yang sering diundang pada perhelatan acara di luar negeri,” tambahnya.
Mengambil benang merah dari itu semua, Bambang Ismawan kemudian mengaitkan semua itu dengan panggilan jiwa. “Semua ini merupakan sebuah panggilan jiwa yang luar biasa. Orang kaya dan sukses belum tentu mampu melakukan tindakan sosial seperti yang Pakde Sus ini lakukan. Nah kita di sini harus mampu menata hati dan jiwa kita agar bisa terpanggil dan melakukan hal mulia seperti ini,” tutup Founder Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI) ini.
Serena Marga
Wiramuda, Relawan JRU
twitter: @saoriserena