Budaya sebagai Landasan Kewirausahaan
10 Feb 2006, RM Mbah Djingkrak, Jl. Tm Beringin Smg
Tamu Agung :
- Anton Wahyu K, Pimpinan TB. Gramedia, Semarang
- Bayu Krisna, Public speaker dari Swa Consult Inc.
- Prie GS, Budayawan, Penulis Buku Best Seller ”Hidup Bukan HANYA Urusan Perut”
Forum Wedangan yang keempat merupakan kali pertama forum ini bersilaturahim ke kerabatnya. Kali ini yang berkesempatan adalah kedai makan masakan Jawa milik Ibu Ajeng Astri Denaya (yang juga dikenal sebagai pemilik Bentuman Steak) di bilangan Taman Beringin, Semarang. Forum ini menghadirkan tema inspiratif kebudayaan sebagai landasan kewirausahaan yang bermanfaat untuk memberikan warna tersendiri dalam praktik kewirausahaan. Menghadirkan Anton Wahyu Kamandaka (Pimp. TB. Gramedia), Prie GS (Budayawan, Lokal Jenius Kota Semarang yg kini kiprahnya telah menasional) & Bayu Krisna (Pembicara Publik dr SwaCon). Forum kali ini terasa berbeda karena kerabat Wedangan diajak untuk berpikir di luar kebiasaan : memasukkan unsur-unsur kebudayaan dalam ranah kewirausahaan. Tak kurang figur seperti Agung Kusuma Halim (pengusaha Lapis Legit Niki Sae), Ajeng Astri Denaya (pemilik Bentuman Steak dan Mbah Djingkrak), iLik sAs (Pegiat Komunitas Usaha Mikro Kecil JRU & Senity), Murwantono (mantan senior manager PT Telkom Jawa Tengah), hingga ke semua kerabat wedangan lainnya, menyimak bahasan para pembicara yang unik namun bermakna dalam keberlanjutan jangka panjang sebuah usaha. Pada forum inilah, beberapa pengusaha yang hadir mulai tersadarkan jika antara kewirausahaan dan kebudayaan sebenarnya merupakan dua mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya sangat bertalian dan saling mendukung. Semangat kewirausahaan yang tidak dilandasi dengan nilai-nilai luhur budaya yang kita sudah anut bersama, tidak akan berlangsung lama, rapuh, dan rentan godaan. Hasilnya antara lain adalah konglomerasi yang tamak dan jauh dari kemanusiaan, pengusaha instan yang cepat pula memudarnya, hingga konspirasi jahat antara pengusaha dan penguasa. Semuanya tidak dilandasi dengan semangat, etos, dan nilai-nilai luhur kebudayaan. Di sisi praktis teknis, kewirausahaan yang menghadirkan nilai kebudayaan juga terbukti sangat artistik melahirkan bintang-bintang bisnis seperti Joger, Dagadu, dan beberapa nama lainnya yang bisnisnya bukan hanya bertahan lama namun juga memberikan nilai tambah yang luas bagi masyarakatnya.
- Anton Wahyu K, Pimpinan TB. Gramedia, Semarang
- Bayu Krisna, Public speaker dari Swa Consult Inc.
- Prie GS, Budayawan, Penulis Buku Best Seller ”Hidup Bukan HANYA Urusan Perut”
Forum Wedangan yang keempat merupakan kali pertama forum ini bersilaturahim ke kerabatnya. Kali ini yang berkesempatan adalah kedai makan masakan Jawa milik Ibu Ajeng Astri Denaya (yang juga dikenal sebagai pemilik Bentuman Steak) di bilangan Taman Beringin, Semarang. Forum ini menghadirkan tema inspiratif kebudayaan sebagai landasan kewirausahaan yang bermanfaat untuk memberikan warna tersendiri dalam praktik kewirausahaan. Menghadirkan Anton Wahyu Kamandaka (Pimp. TB. Gramedia), Prie GS (Budayawan, Lokal Jenius Kota Semarang yg kini kiprahnya telah menasional) & Bayu Krisna (Pembicara Publik dr SwaCon). Forum kali ini terasa berbeda karena kerabat Wedangan diajak untuk berpikir di luar kebiasaan : memasukkan unsur-unsur kebudayaan dalam ranah kewirausahaan. Tak kurang figur seperti Agung Kusuma Halim (pengusaha Lapis Legit Niki Sae), Ajeng Astri Denaya (pemilik Bentuman Steak dan Mbah Djingkrak), iLik sAs (Pegiat Komunitas Usaha Mikro Kecil JRU & Senity), Murwantono (mantan senior manager PT Telkom Jawa Tengah), hingga ke semua kerabat wedangan lainnya, menyimak bahasan para pembicara yang unik namun bermakna dalam keberlanjutan jangka panjang sebuah usaha. Pada forum inilah, beberapa pengusaha yang hadir mulai tersadarkan jika antara kewirausahaan dan kebudayaan sebenarnya merupakan dua mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya sangat bertalian dan saling mendukung. Semangat kewirausahaan yang tidak dilandasi dengan nilai-nilai luhur budaya yang kita sudah anut bersama, tidak akan berlangsung lama, rapuh, dan rentan godaan. Hasilnya antara lain adalah konglomerasi yang tamak dan jauh dari kemanusiaan, pengusaha instan yang cepat pula memudarnya, hingga konspirasi jahat antara pengusaha dan penguasa. Semuanya tidak dilandasi dengan semangat, etos, dan nilai-nilai luhur kebudayaan. Di sisi praktis teknis, kewirausahaan yang menghadirkan nilai kebudayaan juga terbukti sangat artistik melahirkan bintang-bintang bisnis seperti Joger, Dagadu, dan beberapa nama lainnya yang bisnisnya bukan hanya bertahan lama namun juga memberikan nilai tambah yang luas bagi masyarakatnya.