Take and Give
Oleh Harmanto
Minum kopi panas dengan beberapa teman di “markas” Mal Ambasador di jalan Casablanca Jakarta sangat menyenangkan dan suasana juga santai.
Bicara dengan teman-teman para pelaku bisnis secara langsung seperti pedagang HP, asesori komputer, gadget, kamera dan sebagainya kadang merambah kearea yang tidak ada hubungannya dengan bisnis dan disitu menariknya, bicara mengenai kehidupan serta tujuan hidup. Beberapa waktu yang saya mendapat pencerahan dari dua cara perlakuan bisnis yang berbeda yang ada disekitar kita justru dari pelaku bisnis yang sangat sederhana dan sering kita anggap level bawah yang justru berhadapan langsung dengan pelanggan kita. Kejadian pertama saya yakin banyak diantara kita pernah mengalami, disebuah perapatan lampu merah didaerah Jakarta Pusat suatu sore saya iseng beli koran dan uang yang saya berikan memang harusnya ada kembalian Rp.500,- tetapi saya ikhlaskan, maunya “give” kepenjual koran dan saat itu lampu juga sudah mulai hijau, jadi kendaraan saya mulai melaju, tetapi yang terjadi malah sebaliknya dari yang saya pikirkan, sipenjual koran tersebut malah ngotot mengejar mobil saya dan ngotot tidak mau menerima kelebihan Rp.500,- tersebut. Saya dengan terpaksa ya menerima “Take” lagi uang tersebut, walah mau berbuat baik malah ditolak padahal kan Rp. 500,- tambahan itu margin bersih lho. Kejadian kedua ya saat lagi ngopi di markas diatas, karena pembicaraan bisnis lagi mulai “panas” dan kemudian teringat ada pesanan makanan siap saji dari anak saya, saya sempatkan 1 menit pesan sambil pikiran masih terlibat dalam diskusi. Disini pencerahan itu muncul, karena harganya pakai angka hoki “900” waktu bayar ditanya kasir, “bapak punya uang Rp.100” [“Give” ke kasir], maksud dia supaya kembaliannya kesaya pas Rp1000, saat saya bilang “nggak ada” maka dengan tenangnya si kasir memberi kembalian Rp.500 tanpa memikirkan saya dirugikan Rp.400 yang di “Take” dari saya dan sengaja mengambil margin maksa … yah karena saat itu lagi diskusi topik yang “hot” saya langsung terima dan segera kembali kemeja diskusi … Sungguh saya mendapat pencerahan tipe bisnis mana yang saya mau ambil dari kejadian kecil tersebut dan saya tahu yang mana punya bakat jadi entrepreneur dan mana yang bakatnya jadi hanya jadi pekerja.
Minum kopi panas dengan beberapa teman di “markas” Mal Ambasador di jalan Casablanca Jakarta sangat menyenangkan dan suasana juga santai.
Bicara dengan teman-teman para pelaku bisnis secara langsung seperti pedagang HP, asesori komputer, gadget, kamera dan sebagainya kadang merambah kearea yang tidak ada hubungannya dengan bisnis dan disitu menariknya, bicara mengenai kehidupan serta tujuan hidup. Beberapa waktu yang saya mendapat pencerahan dari dua cara perlakuan bisnis yang berbeda yang ada disekitar kita justru dari pelaku bisnis yang sangat sederhana dan sering kita anggap level bawah yang justru berhadapan langsung dengan pelanggan kita. Kejadian pertama saya yakin banyak diantara kita pernah mengalami, disebuah perapatan lampu merah didaerah Jakarta Pusat suatu sore saya iseng beli koran dan uang yang saya berikan memang harusnya ada kembalian Rp.500,- tetapi saya ikhlaskan, maunya “give” kepenjual koran dan saat itu lampu juga sudah mulai hijau, jadi kendaraan saya mulai melaju, tetapi yang terjadi malah sebaliknya dari yang saya pikirkan, sipenjual koran tersebut malah ngotot mengejar mobil saya dan ngotot tidak mau menerima kelebihan Rp.500,- tersebut. Saya dengan terpaksa ya menerima “Take” lagi uang tersebut, walah mau berbuat baik malah ditolak padahal kan Rp. 500,- tambahan itu margin bersih lho. Kejadian kedua ya saat lagi ngopi di markas diatas, karena pembicaraan bisnis lagi mulai “panas” dan kemudian teringat ada pesanan makanan siap saji dari anak saya, saya sempatkan 1 menit pesan sambil pikiran masih terlibat dalam diskusi. Disini pencerahan itu muncul, karena harganya pakai angka hoki “900” waktu bayar ditanya kasir, “bapak punya uang Rp.100” [“Give” ke kasir], maksud dia supaya kembaliannya kesaya pas Rp1000, saat saya bilang “nggak ada” maka dengan tenangnya si kasir memberi kembalian Rp.500 tanpa memikirkan saya dirugikan Rp.400 yang di “Take” dari saya dan sengaja mengambil margin maksa … yah karena saat itu lagi diskusi topik yang “hot” saya langsung terima dan segera kembali kemeja diskusi … Sungguh saya mendapat pencerahan tipe bisnis mana yang saya mau ambil dari kejadian kecil tersebut dan saya tahu yang mana punya bakat jadi entrepreneur dan mana yang bakatnya jadi hanya jadi pekerja.
Tidak ada komentar:
Silahkan isi komentar ...