JRU dan AKSI Jawa Tengah Berperan Aktif Kembangan Komunitas Kemijen
Pengembangan komunitas urban merupakan sebuah tantangan tersendiri di konteks modern. Dinamika di dalamnya tumbuh sangat dinamis dan berkembang di antara kesenjangan dan arus homogenisasi yang semakin menggejala. Tantangan tersebut justru membuat isu pengembangan komunitas urban menjadi lebih menarik karena diharapkan dari pengembangan inilah isu sentral di kemasyarakatan dapat terpecahkan.
Pemahaman itulah yang sepertinya menggerakkan Kantor Bank Indonesia Semarang bersama dengan Budi Santoso Foundation tertarik untuk mengembangkan komunitas yang sebelumnya berakrab dengan berbagai persoalan masyarakat urban yang pelik. Komunitas tersebut adalah warga di Kelurahan Kemijen, Semarang Timur yang harus diakui identik dengan budaya kekerasan khas marginal perkotaan, kesenjangan sosial yang kentara, hingga ke egoisme komunal yang mengakibatkan pendulum perubahan menjadi sulit bergerak. Warga yang secara turun-temurun menghuni kawasan di samping Kali Banger tersebut juga akrab dengan sanitasi yang buruk dan derajat kesehatan yang terkadang terabaikan.
Beruntung, di tengah tantangan sosial tersebut ada sebuah komunitas kecil swakarsa warga yang bergerak terus menepis persepsi publik dengan berbagai karya nyata pemberdayaan. Di bawah komando seorang perempuan baja nan tekun, Umi Narsan, komunitas ini kini juga berakrab dengan dunia kreatif dalam sebuah Creative House. Produk yang dihasilkan dari sebuah upaya swakarsa warga tersebut dapat dikatakan bukan sesuatu yang sederhana. Ada pupuk kompos dan aneka kerajinan yang rata-rata memanfaatkan berbagai produk limbah yang bertebaran. Ada tas, tempat pensil, sandal, bahkan keset dari berbagai olahan limbah. Dari sisi sebuah upaya pemberdayaan, ini perlu diacungi jempol bersama.
Kehadiran program CSR BI Semarang dan Budi Santoso Foundation di kawasan tersebut kemudian mencoba memberikan sentuhan plus bagi Creative House yang selama ini telah beroperasi layaknya “bapak angkat” bagi warga yang berkreasi mengolah sampah. Sentuhan profesionalisme dan kreativitas menjadi sebuah nilai kompetitif yang hendak diusung oleh program ini. Sadar ini adalah sebuah gerakan bersama yang membutuhkan dukungan banyak pihak, Jaringan RumahUSAHA dan Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI) Jawa Tengah kemudian diajak serta untuk bersama mengembangkan komunitas ini menjadi lebih profesional dan kreatif. Sentuhan pertama yang tengah dirancang bersama oleh tim besar yang juga melibatkan pegiat kreatif dari Rumah Karya Kasih ini adalah pembenahan dari sisi produk, terutama dari produk tas olahan limbah kemasan.
Keterlibatan ini diakui oleh Shanty Rosalia, relawan JRU yang juga menjadi salah satu fungsionaris di AKSI Jawa Tengah, merupakan sebuah kesempatan strategis bagi JRU dan AKSI Jawa Tengah untuk berkontribusi aktif di dalamnya. “Kami melihat ada sebuah keinginan bersama dari tim besar yang terbentuk agar konsep pendampingan bisnis berbasis komunitas yang juga merupakan bentuk kewirausahaan sosial benar-benar nyata dirasakan gerakannya,” tuturnya. Gerakan ini selain digawangi oleh JRU dan AKSI Jawa Tengah juga melibatkan pegiat komunitas lainnya seperti Naneth A. Ekopriyono dari HIPMI Jawa Tengah yang merupakan praktisi komunikasi sekaligus pecinta gerakan komunitas dan awak komunitas Rumah Karya Kasih yang digawangi oleh Vitayanti Wardoyo, pegiat pemberdayaan komunitas dan pembicara publik dari Dynargie Indonesia. Semoga tim yang bsia dikatakan “dream team” ini mampu memberikan karya nyata di masyarakat Kemijen. Semoga!
Pemahaman itulah yang sepertinya menggerakkan Kantor Bank Indonesia Semarang bersama dengan Budi Santoso Foundation tertarik untuk mengembangkan komunitas yang sebelumnya berakrab dengan berbagai persoalan masyarakat urban yang pelik. Komunitas tersebut adalah warga di Kelurahan Kemijen, Semarang Timur yang harus diakui identik dengan budaya kekerasan khas marginal perkotaan, kesenjangan sosial yang kentara, hingga ke egoisme komunal yang mengakibatkan pendulum perubahan menjadi sulit bergerak. Warga yang secara turun-temurun menghuni kawasan di samping Kali Banger tersebut juga akrab dengan sanitasi yang buruk dan derajat kesehatan yang terkadang terabaikan.
Beruntung, di tengah tantangan sosial tersebut ada sebuah komunitas kecil swakarsa warga yang bergerak terus menepis persepsi publik dengan berbagai karya nyata pemberdayaan. Di bawah komando seorang perempuan baja nan tekun, Umi Narsan, komunitas ini kini juga berakrab dengan dunia kreatif dalam sebuah Creative House. Produk yang dihasilkan dari sebuah upaya swakarsa warga tersebut dapat dikatakan bukan sesuatu yang sederhana. Ada pupuk kompos dan aneka kerajinan yang rata-rata memanfaatkan berbagai produk limbah yang bertebaran. Ada tas, tempat pensil, sandal, bahkan keset dari berbagai olahan limbah. Dari sisi sebuah upaya pemberdayaan, ini perlu diacungi jempol bersama.
Kehadiran program CSR BI Semarang dan Budi Santoso Foundation di kawasan tersebut kemudian mencoba memberikan sentuhan plus bagi Creative House yang selama ini telah beroperasi layaknya “bapak angkat” bagi warga yang berkreasi mengolah sampah. Sentuhan profesionalisme dan kreativitas menjadi sebuah nilai kompetitif yang hendak diusung oleh program ini. Sadar ini adalah sebuah gerakan bersama yang membutuhkan dukungan banyak pihak, Jaringan RumahUSAHA dan Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI) Jawa Tengah kemudian diajak serta untuk bersama mengembangkan komunitas ini menjadi lebih profesional dan kreatif. Sentuhan pertama yang tengah dirancang bersama oleh tim besar yang juga melibatkan pegiat kreatif dari Rumah Karya Kasih ini adalah pembenahan dari sisi produk, terutama dari produk tas olahan limbah kemasan.
Keterlibatan ini diakui oleh Shanty Rosalia, relawan JRU yang juga menjadi salah satu fungsionaris di AKSI Jawa Tengah, merupakan sebuah kesempatan strategis bagi JRU dan AKSI Jawa Tengah untuk berkontribusi aktif di dalamnya. “Kami melihat ada sebuah keinginan bersama dari tim besar yang terbentuk agar konsep pendampingan bisnis berbasis komunitas yang juga merupakan bentuk kewirausahaan sosial benar-benar nyata dirasakan gerakannya,” tuturnya. Gerakan ini selain digawangi oleh JRU dan AKSI Jawa Tengah juga melibatkan pegiat komunitas lainnya seperti Naneth A. Ekopriyono dari HIPMI Jawa Tengah yang merupakan praktisi komunikasi sekaligus pecinta gerakan komunitas dan awak komunitas Rumah Karya Kasih yang digawangi oleh Vitayanti Wardoyo, pegiat pemberdayaan komunitas dan pembicara publik dari Dynargie Indonesia. Semoga tim yang bsia dikatakan “dream team” ini mampu memberikan karya nyata di masyarakat Kemijen. Semoga!