Diskusi Ringan Rhenald Kasali di JRU
Ketua Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI) Prof. Rhenald Kasali yang juga Ketua Program MM UI kembali mengunjungi Jaringan RumahUSAHA. Silaturahmi kali ini membawa serta istri tercinta, Elisa Kasali untuk berkenalan dengan kerabat JRU dan beberapa pegiat aktivitas komunitas lainnya di Semarang. Diskusi yang digelar pada Minggu (8/4) yang lalu tersebut menyisakan beragam cerita karena Rhenald yang tampil hangat saat itu berbagi beragam inspirasi.
Bukan seorang Rhenald Kasali jika tidak dapat berbagi inspirasi menarik dan segar bagi pendengarnya. Tampil sederhana di forum yang sederhana pula tidak membuat Guru Besar Ilmu Manajemen UI tersebut tanpa sesuatu yang menggigit. Siang itu, bertempat di ruangan seluas 60 m2 yang terletak di atas bangunan kantor Salma Card di bilangan Pondok Indraprasta tersebut, Rhenald berbagi inspirasi kreativitas dan semangat kewirausahaan sosial. Ya, saat itu Rhenald sedang hadir sebagai seorang Ketua Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI) yang kini telah memiliki “hub” aktivitas di Jawa Tengah melalui AKSI Jawa Tengah.
Rhenald memulai bahasannya siang itu dengan cerita panjang mengenai kreativitas. “Manusia yang dinamis ditandai dengan kreativitas, tanpa itu berarti dia mati,” tuturnya bernas. Premis itu kemudian dikembangkannya menjadi berbagai deskripsi yang menginspirasi audiens untuk tidak terjebak dalam satu paradigma berpikir yang sempit. Melalui semangat kreativitas, gerakan-gerakan sosial akan menjadi bagian dari solusi berbagai tantangan di masyarakat yang tumbuh saat ini. Pada kesempatan yang sama, Rhenald juga menggarisbawahi semangat untuk tidak bergantung kepada kinerja pemerintahan ketika kita ingin melakukan sebuah gerakan sosial yang memberdayakan.
Sebagai contoh, Rhenald kemudian menceritakan petualangannya bersama dengan Sekretaris Eksekutif AKSI, Wahyu Indriyo untuk melihat langsung tantangan sosial yang terjadi di Pulau Buru. Diceritakannya, ketertarikannya untuk membahas lebih dalam mengenai Pulau Buru ini bermula dari kunjungannya yang kemudian menariknya untuk beride tentang pemberdayaan sapi di pulau tersebut. Sapi di pulau yang terkenal sebagai lokasi penahanan bagi para tahanan politik tersebut hidup bebas tanpa pernah terpikirkan untuk diternakkan. Dari sinilah berbagai aktivitas kewirausahaan sosial kemudian mengalir. Niatnya yang sederhana kemudian menjelma menjadi sebuah gerakan bersama. Barisannya bertambah dengan kehadiran dari seorang dokter hewan yang turut serta, berbagai tetua adat setempat yang terbuka akan kehadiran mereka, hingga keterlibatan Masril Koto, pegiat keuangan mikro dengan basis pertanian dari Sumatera Barat.
Niat Rhenald yang kemudian menjadi Pulau Buru sebagai agenda nasional AKSI tersebut adalah bagaimana mengangkat derajat kehidupan masyarakat Pulau Buru melalui optimalisasi potensi yang mereka miliki. “Sapi bisa diternakkan, tetapi ada mutiara lain yang tersimpan, minyak kayu putih,” lanjutnya. Seluruh potensi tersebut baru dapat dikembangkan dengan optimal apabila disentuh dengan nuansa kewirausahaan sosial. Masyarakat menjadi sangat terbantu dan tidak ada unsur kapitalisme serakah yang sering dikaitkan sebagai kolonialisme modern. Rhenald berharap model-model pemberdayaan sosial semacam ini menjadi sebuah model teladan yang dapat diimplementasikan di berbagi komunitas.
Bukan seorang Rhenald Kasali jika tidak dapat berbagi inspirasi menarik dan segar bagi pendengarnya. Tampil sederhana di forum yang sederhana pula tidak membuat Guru Besar Ilmu Manajemen UI tersebut tanpa sesuatu yang menggigit. Siang itu, bertempat di ruangan seluas 60 m2 yang terletak di atas bangunan kantor Salma Card di bilangan Pondok Indraprasta tersebut, Rhenald berbagi inspirasi kreativitas dan semangat kewirausahaan sosial. Ya, saat itu Rhenald sedang hadir sebagai seorang Ketua Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI) yang kini telah memiliki “hub” aktivitas di Jawa Tengah melalui AKSI Jawa Tengah.
Rhenald memulai bahasannya siang itu dengan cerita panjang mengenai kreativitas. “Manusia yang dinamis ditandai dengan kreativitas, tanpa itu berarti dia mati,” tuturnya bernas. Premis itu kemudian dikembangkannya menjadi berbagai deskripsi yang menginspirasi audiens untuk tidak terjebak dalam satu paradigma berpikir yang sempit. Melalui semangat kreativitas, gerakan-gerakan sosial akan menjadi bagian dari solusi berbagai tantangan di masyarakat yang tumbuh saat ini. Pada kesempatan yang sama, Rhenald juga menggarisbawahi semangat untuk tidak bergantung kepada kinerja pemerintahan ketika kita ingin melakukan sebuah gerakan sosial yang memberdayakan.
Sebagai contoh, Rhenald kemudian menceritakan petualangannya bersama dengan Sekretaris Eksekutif AKSI, Wahyu Indriyo untuk melihat langsung tantangan sosial yang terjadi di Pulau Buru. Diceritakannya, ketertarikannya untuk membahas lebih dalam mengenai Pulau Buru ini bermula dari kunjungannya yang kemudian menariknya untuk beride tentang pemberdayaan sapi di pulau tersebut. Sapi di pulau yang terkenal sebagai lokasi penahanan bagi para tahanan politik tersebut hidup bebas tanpa pernah terpikirkan untuk diternakkan. Dari sinilah berbagai aktivitas kewirausahaan sosial kemudian mengalir. Niatnya yang sederhana kemudian menjelma menjadi sebuah gerakan bersama. Barisannya bertambah dengan kehadiran dari seorang dokter hewan yang turut serta, berbagai tetua adat setempat yang terbuka akan kehadiran mereka, hingga keterlibatan Masril Koto, pegiat keuangan mikro dengan basis pertanian dari Sumatera Barat.
Niat Rhenald yang kemudian menjadi Pulau Buru sebagai agenda nasional AKSI tersebut adalah bagaimana mengangkat derajat kehidupan masyarakat Pulau Buru melalui optimalisasi potensi yang mereka miliki. “Sapi bisa diternakkan, tetapi ada mutiara lain yang tersimpan, minyak kayu putih,” lanjutnya. Seluruh potensi tersebut baru dapat dikembangkan dengan optimal apabila disentuh dengan nuansa kewirausahaan sosial. Masyarakat menjadi sangat terbantu dan tidak ada unsur kapitalisme serakah yang sering dikaitkan sebagai kolonialisme modern. Rhenald berharap model-model pemberdayaan sosial semacam ini menjadi sebuah model teladan yang dapat diimplementasikan di berbagi komunitas.