Kunjungan Silaturahmi Kelompok Usaha Bersama Lazis Jateng
Membangun jejaring dan bersilaturahmi seakan tiada pernah habisnya. Inilah yang dirasakan oleh Jaringan RumahUSAHA yang seakan tak henti untuk senantiasa mendapatkan berkah silaturahmi dari banyak pihak. Salah satu yang menjalin silaturahmi di bulan April ini adalah keluarga besar Lazis Jateng, sebuah badan amil zakat di Jawa Tengah yang membawa serta beberapa pegiat dari kelompok usaha bersama yang mereka dampingi dalam program pemberdayaan ekonomi umat.
Potensi kewirausahaan sebagai salah satu pintu untuk membangun kemandirian ekonomi umat ternyata saat ini mendapatkan salah satu prioritas utama bagi program kerja beberapa lembaga amil zakat profesional yang beroperasi di Indonesia. Umat muslim yang semakin sadar untuk menyalurkan sebagian rezeki yang menjadi hak kaum Dhuafa kepada lembaga profesional disambut mereka dengan program-program yang konteksnya tidak hanya memberi “ikan” tetapi juga “kail” yang berorientasi jangka panjang.
Salah satu komitmen tersebut tercermin dari upaya salah satu lembaga amil zakat profesional yang memulai gerakan mereka dari Semarang. Lembaga Amil Zakat Al-Ihsan Jawa Tengah namanya. Biasa dikenal masyarakat dengan nama Lazis Jateng. Lembaga amil yang masih dibilang muda ini membangun komitmen kemandirian umat salah satunya dengan membangun sebuah kelompok usaha bersama (Kube) yang beranggotakan para target sasaran penerima zakat untuk diberi bantuan pinjaman usaha. Tak hanya itu, mereka juga memberikan pelatihan kewirausahan yang beberapa kali mengundang relawan Jaringan RumahUSAHA untuk berbagi pengalaman berwirausaha.
Di bulan April ini, mereka memberanikan diri untuk membawa beberapa pegiat Kube mereka untuk bersilaturahmi dengan JRU. Niat mereka satu: memberikan horizon baru kepada Kube dalam membangun bisnis berbasis komunitas. Harus diakui, pemahaman kesadaran bisnis berbasis komunitas hingga saat ini pada banyak kasus adalah sesuatu yang utopis semata. Tetapi, fakta JRU dan berbagai teori kolaborasi yang merasuki pemikiran manajerial bisnis akhir-akhir ini menunjukkan sebuah kontribusi positif dapat terjadi apabila terbangun sinergi komunal dalam sebuah lingkaran bisnis. Pemahaman inilah yang hendak disampaikan oleh manajemen Lazis Jateng kepada 5 orang pegiat Kube yang selama ini dinilai aktif dan disiplin dalam memegang amanah pembiayaan.
Mereka berkesempatan untuk bersilaturahmi dengan unit pendampingan JRU yang berada di Kalisari Baru yaitu Wurli Community. Komunitas yang bermula dari kekuatan komunal kampung tersebut menginspirasi mereka untuk teguh dan konsisten. Di komunitas tersebut mereka dapat memahami jika inti dari bisnis berkomunitas selain komitmen dari masing-masing anggotanya juga adalah pembagian tugas yang jelas dan saling sinergis. “Tidak mungkin semua orang dapat mengerjakan semuanya sendiri,” tutur Shinta Nurcahyaning Latri, pendamping Wurli Community yang mendampingi rombongan beranjangsana. Mereka melihat proses pembuatan berbagai bentuk produk yang dihasilkan dari dedaunan kering, buku notes dari limbah cetak, hingga ke produksi suvenir kreatif berbahan limbah. Anjangsana siang itu ditutup dengan santapan makan siang sekaligus bersilaturahmi dengan kerabat JRU di Warung Wedangan. Berbagi tidak akan pernah rugi!
Potensi kewirausahaan sebagai salah satu pintu untuk membangun kemandirian ekonomi umat ternyata saat ini mendapatkan salah satu prioritas utama bagi program kerja beberapa lembaga amil zakat profesional yang beroperasi di Indonesia. Umat muslim yang semakin sadar untuk menyalurkan sebagian rezeki yang menjadi hak kaum Dhuafa kepada lembaga profesional disambut mereka dengan program-program yang konteksnya tidak hanya memberi “ikan” tetapi juga “kail” yang berorientasi jangka panjang.
Salah satu komitmen tersebut tercermin dari upaya salah satu lembaga amil zakat profesional yang memulai gerakan mereka dari Semarang. Lembaga Amil Zakat Al-Ihsan Jawa Tengah namanya. Biasa dikenal masyarakat dengan nama Lazis Jateng. Lembaga amil yang masih dibilang muda ini membangun komitmen kemandirian umat salah satunya dengan membangun sebuah kelompok usaha bersama (Kube) yang beranggotakan para target sasaran penerima zakat untuk diberi bantuan pinjaman usaha. Tak hanya itu, mereka juga memberikan pelatihan kewirausahan yang beberapa kali mengundang relawan Jaringan RumahUSAHA untuk berbagi pengalaman berwirausaha.
Di bulan April ini, mereka memberanikan diri untuk membawa beberapa pegiat Kube mereka untuk bersilaturahmi dengan JRU. Niat mereka satu: memberikan horizon baru kepada Kube dalam membangun bisnis berbasis komunitas. Harus diakui, pemahaman kesadaran bisnis berbasis komunitas hingga saat ini pada banyak kasus adalah sesuatu yang utopis semata. Tetapi, fakta JRU dan berbagai teori kolaborasi yang merasuki pemikiran manajerial bisnis akhir-akhir ini menunjukkan sebuah kontribusi positif dapat terjadi apabila terbangun sinergi komunal dalam sebuah lingkaran bisnis. Pemahaman inilah yang hendak disampaikan oleh manajemen Lazis Jateng kepada 5 orang pegiat Kube yang selama ini dinilai aktif dan disiplin dalam memegang amanah pembiayaan.
Mereka berkesempatan untuk bersilaturahmi dengan unit pendampingan JRU yang berada di Kalisari Baru yaitu Wurli Community. Komunitas yang bermula dari kekuatan komunal kampung tersebut menginspirasi mereka untuk teguh dan konsisten. Di komunitas tersebut mereka dapat memahami jika inti dari bisnis berkomunitas selain komitmen dari masing-masing anggotanya juga adalah pembagian tugas yang jelas dan saling sinergis. “Tidak mungkin semua orang dapat mengerjakan semuanya sendiri,” tutur Shinta Nurcahyaning Latri, pendamping Wurli Community yang mendampingi rombongan beranjangsana. Mereka melihat proses pembuatan berbagai bentuk produk yang dihasilkan dari dedaunan kering, buku notes dari limbah cetak, hingga ke produksi suvenir kreatif berbahan limbah. Anjangsana siang itu ditutup dengan santapan makan siang sekaligus bersilaturahmi dengan kerabat JRU di Warung Wedangan. Berbagi tidak akan pernah rugi!