Relawan JRU Bersilaturahmi dengan Ibu Rustriningsih
Satu lagi kesempatan untuk membangun silaturahmi dengan tokoh publik Jawa Tengah kembali menghampiri relawan JRU. Kini, giliran Wakil Gubernur Jawa Tengah yang juga salah satu tokoh perempuan, Rustriningsih. Dua relawan JRU, Shanty Rosalia dan Heruningsih Kusumaningrum berkesempatan menemui mantan Bupati Kebumen ini di rumah dinas Jalan Rinjani.
Bagaimana jadinya bila perempuan saling bertukar pendapat tentang pemberdayaan kaumnya sendiri? Dapat dipastikan akan terjadi sebuah diskusi yang hangat dan saling bertukar informasi bermakna. Hal inilah yang dirasakan oleh dua relawan JRU, Shanty Rosalia dan Heruningsih Kusumaningrum yang berkesempatan bersilaturahmi dengan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Rustriningsih di sela kesibukannya yang padat. Udara Senin pagi (30/4) yang hangat di kawasan Rinjani Semarang menyambut dua relawan yang dengan segala kesederhanaan dan apa adanya bertemu dengan orang kedua di provinsi ini. Perempuan yang menjadi Bupati Kebumen pada 2000-2008 ini menyambut mereka dengan hangat di ruang tamu yang didesain dengan nuansa abu-abu yang akrab.
Dua relawan ini memperkenalkan diri sekaligus memperkenalkan komunitas JRU kepada ibu dari 3 orang putra tersebut. Kepada Rustriningsih, komunitas ini diperkenalkan sebagai sebuah komunitas yang memiliki perhatian untuk memberdayakan banyak perempuan. Implementasi dari semangat tersebut antara lain tercermin dari dominasi koordinator perempuan yang menjadi relawan di JRU. Bukan kebetulan, tentu saja ini berangkat dari sejarah komunitas ini yang memang sebagian besar pekerjanya adalah perempuan. JRU semakin menempatkan perempuan sebagai penggeraknya melalui eksistensi Wurli Community di Kalisari Baru yang sebagian besar penggeraknya adalah ibu-ibu yang berkreasi di tengah kesibukan domestiknya di siang hari. Dari tangan mereka kini ada berbagai produk kerajinan yang berbahan baku llimbah alamiah.
Ditemani dengan teh hangat dan makanan kecil, ketiga perempuan yang dapat dikatakan profesional di bidangnya masing-masing bertukar pendapat tentang pemberdayaan. Sekejap usai mendapatkan buah tangan berupa hasil kerajinan dari Wurli Community, Rustriningsih dengan naluri keibuannya menanyakan bagaimana pemasaran atas produk-produk tersebut. “Kebanyakan kegiatan semacam ini mengalami tantangan di sisi pemasarannya,” tuturnya lembut. Sebagai pendamping yang telah puluhan tahun berkecimpung di dunia usaha mikro, Heruningsih dengan tangkas menjawab pertanyaan tersebut jika sesungguhnya permintaan pasar akan produk-produk kerajinan tersebut masih sangat besar. “Untuk mencukupi salah satu pasar saja, kami masih kelimpungan,” tambahnya. Tetapi, itu semua dibarengi dengan kualitas produk yang mengikuti standar pasar yang menuntut baik.
Menanggapi hal tersebut, Rustriningsih kemudian bercerita tentang perhatiannya terhadap produk-produk yang saat ini potensial dikembangkan di Jawa Tengah tetapi minim dalam pendampingan. Rustriningsih kemudian bercerita tentang rencana pebisnis kosmetika Indonesia. Martha Tilaar yang telah berkomitmen untuk mendedikasikan rumah warisan milik orang tua kandungnya di Gombong menjadi museum perjalanan kariernya sekaligus mendidik perempuan untuk menjadi terapis spa di lembaga pendidikan miliknya. Pentingnya pendampingan juga diamati Rustriningsih yang memiliki perhatian untuk mengembangkan budidaya singkong yang mengikuti standar. “Bila petani memiliki pendamping yang luar biasa, saya telah membuktikan jika mereka bisa menghasilkan lebih baik,” lanjutnya. Inilah sekelumit perhatian seorang Srikandi dan ibu dari warga Jawa Tengah ini. Tak lupa, Shanty Rosalia menyampaikan undangan kepada Rustriningsih untuk dapat hadir di Forum Wedangan.
Bagaimana jadinya bila perempuan saling bertukar pendapat tentang pemberdayaan kaumnya sendiri? Dapat dipastikan akan terjadi sebuah diskusi yang hangat dan saling bertukar informasi bermakna. Hal inilah yang dirasakan oleh dua relawan JRU, Shanty Rosalia dan Heruningsih Kusumaningrum yang berkesempatan bersilaturahmi dengan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Rustriningsih di sela kesibukannya yang padat. Udara Senin pagi (30/4) yang hangat di kawasan Rinjani Semarang menyambut dua relawan yang dengan segala kesederhanaan dan apa adanya bertemu dengan orang kedua di provinsi ini. Perempuan yang menjadi Bupati Kebumen pada 2000-2008 ini menyambut mereka dengan hangat di ruang tamu yang didesain dengan nuansa abu-abu yang akrab.
Dua relawan ini memperkenalkan diri sekaligus memperkenalkan komunitas JRU kepada ibu dari 3 orang putra tersebut. Kepada Rustriningsih, komunitas ini diperkenalkan sebagai sebuah komunitas yang memiliki perhatian untuk memberdayakan banyak perempuan. Implementasi dari semangat tersebut antara lain tercermin dari dominasi koordinator perempuan yang menjadi relawan di JRU. Bukan kebetulan, tentu saja ini berangkat dari sejarah komunitas ini yang memang sebagian besar pekerjanya adalah perempuan. JRU semakin menempatkan perempuan sebagai penggeraknya melalui eksistensi Wurli Community di Kalisari Baru yang sebagian besar penggeraknya adalah ibu-ibu yang berkreasi di tengah kesibukan domestiknya di siang hari. Dari tangan mereka kini ada berbagai produk kerajinan yang berbahan baku llimbah alamiah.
Ditemani dengan teh hangat dan makanan kecil, ketiga perempuan yang dapat dikatakan profesional di bidangnya masing-masing bertukar pendapat tentang pemberdayaan. Sekejap usai mendapatkan buah tangan berupa hasil kerajinan dari Wurli Community, Rustriningsih dengan naluri keibuannya menanyakan bagaimana pemasaran atas produk-produk tersebut. “Kebanyakan kegiatan semacam ini mengalami tantangan di sisi pemasarannya,” tuturnya lembut. Sebagai pendamping yang telah puluhan tahun berkecimpung di dunia usaha mikro, Heruningsih dengan tangkas menjawab pertanyaan tersebut jika sesungguhnya permintaan pasar akan produk-produk kerajinan tersebut masih sangat besar. “Untuk mencukupi salah satu pasar saja, kami masih kelimpungan,” tambahnya. Tetapi, itu semua dibarengi dengan kualitas produk yang mengikuti standar pasar yang menuntut baik.
Menanggapi hal tersebut, Rustriningsih kemudian bercerita tentang perhatiannya terhadap produk-produk yang saat ini potensial dikembangkan di Jawa Tengah tetapi minim dalam pendampingan. Rustriningsih kemudian bercerita tentang rencana pebisnis kosmetika Indonesia. Martha Tilaar yang telah berkomitmen untuk mendedikasikan rumah warisan milik orang tua kandungnya di Gombong menjadi museum perjalanan kariernya sekaligus mendidik perempuan untuk menjadi terapis spa di lembaga pendidikan miliknya. Pentingnya pendampingan juga diamati Rustriningsih yang memiliki perhatian untuk mengembangkan budidaya singkong yang mengikuti standar. “Bila petani memiliki pendamping yang luar biasa, saya telah membuktikan jika mereka bisa menghasilkan lebih baik,” lanjutnya. Inilah sekelumit perhatian seorang Srikandi dan ibu dari warga Jawa Tengah ini. Tak lupa, Shanty Rosalia menyampaikan undangan kepada Rustriningsih untuk dapat hadir di Forum Wedangan.