M. Arief Budiman Berbagi Ide Segar di Forum Wedangan
Roadshow Berbagi Ide Segar yang digagas oleh M. Arief Budiman dan kawan-kawan menyambangi Forum Wedangan. Acara keliling yang dijadwalkan selama 40 hari di 40 kota nonstop tersebut adalah sebuah upaya CEO Petakumpet Creative Network tersebut berbagi sebuah perspektif lain di ranah industri kreatif terutama di kota-kota sekunder di Jawa. Ikhtiar untuk membangun sebuah jejaring kreatif ini semoga benar-benar dapat membuka sebuah cakrawala baru bagi siapapun yang dikunjunginya.
Alkisah ada seorang anak berusia SMP yang selalu terjaga di tengah malam dan kemudian seakan mengigau untuk berpidato dengan semangat berapi-api. Dia mengigau dan membawakan orasi tentang antiimperialisme, antikolonialisme, bahkan perdamaian dunia. Tema-tema yang menjadi konsumsi orang dewasa tersebut dibawakannya dengan fasih. Hampir setiap malam dia mengigau dari bilik kecil dari rumah HOS Cokroaminoto di sebuah bilangan gang kecil di Surabaya. Tetangga dan temannya bahkan bercita-cita tidak akan pernah mengigau separah itu, menganggap anak kecil itu gila. Namun, berpuluh tahun kemudian, siapa yang menyangka, anak angkat HOS Cokroaminoto tersebut menjelma menjadi orator ulung. Orator yang menyebut dirinya sebagai “Penyambung Lidah Rakyat” sekaligus sebagai Presiden RI yang pertama. Dialah Soekarno. Satu-satunya Presiden Indonesia yang pidatonya dinantikan oleh rakyatnya, pemimpin yang konsep perjuangannya masih relevan hingga saat ini.
Arief Budiman membuka diskusi di Forum Wedangan, Minggu (10/6) yang lalu dengan narasi tersebut. Foto Soekarno di tengah pengagumnya ketika usai menyampaikan pidato pembelaan di depan sidang Pengadilan Bandung dengan judul “Indonesia Menggugat” mengisi layar presentasi. Malam itu, di depan kerabat Forum Wedangan dan JRU, Arief yang sehari-hari asyik berkutat dengan dunia periklanan, berbagi kegelisahannya mengenai kesadaran kita semua untuk menjadi pemain, bukan sekadar penonton. Presentasi berjudul “Be The Game Changer” menyuguhkan berbagi sisi inspiratif yang menarik dari figur publik seperti Soekarno, Mahatma Gandhi, Iwan Fals, Steve Jobs, dan Mark Zuckerberg.
Arief mengupas berbagai kisah kecil yang menarik dan menunjukkan bahwa mereka adalah seorang pengubah permainan di kelasnya masing-masing. Mahatma adalah sosok yang paling ditakuti oleh pemerintahan pendudukan Inggris di India. Iwan Fals adalah penyanyi populer yang memiliki basis penggemar fanatik yang luar biasa. Steve Jobs mengubah dunia dengan produk-produk yang diminati meskipun hakikatnya adalah menciptakan untuk dirinya sendiri. Hingga ke Zuckerberg yang mendirikan perusahaan hanya untu memenuhi tujuan hidupnya. Semuanya menunjukkan kepada kita jika hidup hanya sangat merugi jika kita tidak berjuang untuk menjadi pemain di kehidupan ini. Kemudian, syarat menjadi pengubah permainan itu sederhana: kita datang menawarkan sesuatu yang baru untuk masyarakat. Tentu saja konsekuensinya berat sebagai pionir di waktunya.
Forum Wedangan yang pertama kali diselenggarakan di Aula JRU tersebut merupakan bagian ke 22 dari 40 hari safari Berbagi Ide Segar. Sebelumnya, masih di Semarang, Arief dan tim berbagi ide di Universitas Dian Nuswantoro dan berbagi suka di Panti Asuhan Cacat Ganda Al-Rifdah di Tlogomulyo. Keesokan harinya, rombongan bertolak ke Pekalongan, tepatnya di Politeknik Batik untuk melakukan hal yang sama. Ini semua adalah sebuah ikhtiar kecil untuk membuat tali-temali komunitas kreatif yang terserak di berbagai kota sekunder di Indonesia. Selamat berbagi Mas Arief, semoga cita-cita menjadikan Indonesia yang lebih kreatif dapat tercapai!
Alkisah ada seorang anak berusia SMP yang selalu terjaga di tengah malam dan kemudian seakan mengigau untuk berpidato dengan semangat berapi-api. Dia mengigau dan membawakan orasi tentang antiimperialisme, antikolonialisme, bahkan perdamaian dunia. Tema-tema yang menjadi konsumsi orang dewasa tersebut dibawakannya dengan fasih. Hampir setiap malam dia mengigau dari bilik kecil dari rumah HOS Cokroaminoto di sebuah bilangan gang kecil di Surabaya. Tetangga dan temannya bahkan bercita-cita tidak akan pernah mengigau separah itu, menganggap anak kecil itu gila. Namun, berpuluh tahun kemudian, siapa yang menyangka, anak angkat HOS Cokroaminoto tersebut menjelma menjadi orator ulung. Orator yang menyebut dirinya sebagai “Penyambung Lidah Rakyat” sekaligus sebagai Presiden RI yang pertama. Dialah Soekarno. Satu-satunya Presiden Indonesia yang pidatonya dinantikan oleh rakyatnya, pemimpin yang konsep perjuangannya masih relevan hingga saat ini.
Arief Budiman membuka diskusi di Forum Wedangan, Minggu (10/6) yang lalu dengan narasi tersebut. Foto Soekarno di tengah pengagumnya ketika usai menyampaikan pidato pembelaan di depan sidang Pengadilan Bandung dengan judul “Indonesia Menggugat” mengisi layar presentasi. Malam itu, di depan kerabat Forum Wedangan dan JRU, Arief yang sehari-hari asyik berkutat dengan dunia periklanan, berbagi kegelisahannya mengenai kesadaran kita semua untuk menjadi pemain, bukan sekadar penonton. Presentasi berjudul “Be The Game Changer” menyuguhkan berbagi sisi inspiratif yang menarik dari figur publik seperti Soekarno, Mahatma Gandhi, Iwan Fals, Steve Jobs, dan Mark Zuckerberg.
Arief mengupas berbagai kisah kecil yang menarik dan menunjukkan bahwa mereka adalah seorang pengubah permainan di kelasnya masing-masing. Mahatma adalah sosok yang paling ditakuti oleh pemerintahan pendudukan Inggris di India. Iwan Fals adalah penyanyi populer yang memiliki basis penggemar fanatik yang luar biasa. Steve Jobs mengubah dunia dengan produk-produk yang diminati meskipun hakikatnya adalah menciptakan untuk dirinya sendiri. Hingga ke Zuckerberg yang mendirikan perusahaan hanya untu memenuhi tujuan hidupnya. Semuanya menunjukkan kepada kita jika hidup hanya sangat merugi jika kita tidak berjuang untuk menjadi pemain di kehidupan ini. Kemudian, syarat menjadi pengubah permainan itu sederhana: kita datang menawarkan sesuatu yang baru untuk masyarakat. Tentu saja konsekuensinya berat sebagai pionir di waktunya.
Forum Wedangan yang pertama kali diselenggarakan di Aula JRU tersebut merupakan bagian ke 22 dari 40 hari safari Berbagi Ide Segar. Sebelumnya, masih di Semarang, Arief dan tim berbagi ide di Universitas Dian Nuswantoro dan berbagi suka di Panti Asuhan Cacat Ganda Al-Rifdah di Tlogomulyo. Keesokan harinya, rombongan bertolak ke Pekalongan, tepatnya di Politeknik Batik untuk melakukan hal yang sama. Ini semua adalah sebuah ikhtiar kecil untuk membuat tali-temali komunitas kreatif yang terserak di berbagai kota sekunder di Indonesia. Selamat berbagi Mas Arief, semoga cita-cita menjadikan Indonesia yang lebih kreatif dapat tercapai!