JRU Berbagi di Rindang Asih dan Bhakti Asih
Hidup bukan hanya sebatas persoalan mendapatkan saja. Hidup juga berurusan dengan persoalan memberi dan membagi. Inilah pentingnya soal berbagi itu sendiri. Filosofi inilah yang hendak JRU semakin perdalam. Persoalan berbagi adalah sesungguhnya untuk pertumbuhan diri sendiri. Sebagai bagian dari belajar bersama itulah, keluarga besar JRU menyempatkan untuk belajar bersama saudara kita di Panti Cacat Ganda Bhakti Asih dan Panti Wredha Rindang Asih II.
Belajar tidak hanya sebatas tempat di mana kita bisa bergembira atau membesarkan diri. Belajar bahkan bisa dilakukan di tempat-tempat di mana kita melihat Tuhan berkarya dalam bentuk yang lain. Tempat itulah di mana kita melihat Tuhan memberi kesempatan begitu luas kepada siapapun untuk belajar. Inilah di mana kita belajar dunia selalu menyediakan kasih untuk mereka yang seakan tersisih. Mereka bukan tersisih, tetapi mereka terselamatkan dari riuhnya dunia yang terkadang lupa akan kasih. Ada karya tentang kasih yang ditorehkan di dua tempat ini. Panti Cacat Ganda Bhakti Asih dan Panti Wredha Rindang Asih II.
Kedua lokasi yang diasuh oleh Yayasan Sosial Soegijapranata tersebut menjadi sebuah bilik kasih di mana kita bisa menguji dan menajamkan diri. Puluhan kasur terhampar menjadi tempat berlindung bagi anak-anak yang memiliki kecacatan ganda. Sebagian besar mereka berhubungan dengan ketunaan grahita yang membuatnya menjadi sulit untuk berinteraksi secara layaknya manusia normal. Di sinilah kita belajar untuk menerima keberadaan mereka selayaknya saudara kita.
Bukan menguras air mata, tetapi relawan JRU yang datang berkunjung pada sore hari di Senin (9/7) tersebut justru asyik bersenda gurau dengan saudara-saudaranya itu. Ada seorang Supardi yang biasa bergumul dengan deru mesin cetak dengan fasihnya menggendong seorang anak berusia 3 tahun yang mengalami “down syndrome”. Perilaku yang biasanya melawan keberadaan orang asing digantikan dengan balasan hangat dari sang anak ketika digendong. Hasilnya, sebuah peristiwa yang saling mengalirkan kasih sayang di antara mereka.
Tak hanya itu saja, hadiah berikutnya datang dari oma-opa yang berkumpul di Panti Wredha Rindang Asih II. Panti wredha yang berada di sebelah Bakti Asih tersebut merupakan salah satu panti wredha yang dimiliki oleh Yayasan Sosial Soegijapranata selain di di Ungaran dan Boja. Oma dan opa yang sore itu usai mandi sore menyambut kami dengan penuh kegembiraan. Seakan mereka menantikan keluarga mereka yang datang dari jauh. Ada tatapan hangat yang menyapa ketika kami bersalaman satu per satu. Tajam dan meyakinkan.
Terlebih ketika suara Nofa Kartina Dewi dan Arif Yudith menghangatkan saat itu dengan lagu Ibu yang dipopulerkan Opick. Silih berganti opa dan oma kemudian berbagi suara di sore itu. Ada keroncong hingga mazmur gerejawi yang mengalun.
Sungguh sebuah belajar yang mengasyikkan! Terima kasih adik-adik… Terima kasih opa dan oma…
Belajar tidak hanya sebatas tempat di mana kita bisa bergembira atau membesarkan diri. Belajar bahkan bisa dilakukan di tempat-tempat di mana kita melihat Tuhan berkarya dalam bentuk yang lain. Tempat itulah di mana kita melihat Tuhan memberi kesempatan begitu luas kepada siapapun untuk belajar. Inilah di mana kita belajar dunia selalu menyediakan kasih untuk mereka yang seakan tersisih. Mereka bukan tersisih, tetapi mereka terselamatkan dari riuhnya dunia yang terkadang lupa akan kasih. Ada karya tentang kasih yang ditorehkan di dua tempat ini. Panti Cacat Ganda Bhakti Asih dan Panti Wredha Rindang Asih II.
Kedua lokasi yang diasuh oleh Yayasan Sosial Soegijapranata tersebut menjadi sebuah bilik kasih di mana kita bisa menguji dan menajamkan diri. Puluhan kasur terhampar menjadi tempat berlindung bagi anak-anak yang memiliki kecacatan ganda. Sebagian besar mereka berhubungan dengan ketunaan grahita yang membuatnya menjadi sulit untuk berinteraksi secara layaknya manusia normal. Di sinilah kita belajar untuk menerima keberadaan mereka selayaknya saudara kita.
Bukan menguras air mata, tetapi relawan JRU yang datang berkunjung pada sore hari di Senin (9/7) tersebut justru asyik bersenda gurau dengan saudara-saudaranya itu. Ada seorang Supardi yang biasa bergumul dengan deru mesin cetak dengan fasihnya menggendong seorang anak berusia 3 tahun yang mengalami “down syndrome”. Perilaku yang biasanya melawan keberadaan orang asing digantikan dengan balasan hangat dari sang anak ketika digendong. Hasilnya, sebuah peristiwa yang saling mengalirkan kasih sayang di antara mereka.
Tak hanya itu saja, hadiah berikutnya datang dari oma-opa yang berkumpul di Panti Wredha Rindang Asih II. Panti wredha yang berada di sebelah Bakti Asih tersebut merupakan salah satu panti wredha yang dimiliki oleh Yayasan Sosial Soegijapranata selain di di Ungaran dan Boja. Oma dan opa yang sore itu usai mandi sore menyambut kami dengan penuh kegembiraan. Seakan mereka menantikan keluarga mereka yang datang dari jauh. Ada tatapan hangat yang menyapa ketika kami bersalaman satu per satu. Tajam dan meyakinkan.
Terlebih ketika suara Nofa Kartina Dewi dan Arif Yudith menghangatkan saat itu dengan lagu Ibu yang dipopulerkan Opick. Silih berganti opa dan oma kemudian berbagi suara di sore itu. Ada keroncong hingga mazmur gerejawi yang mengalun.
Sungguh sebuah belajar yang mengasyikkan! Terima kasih adik-adik… Terima kasih opa dan oma…