KEGIATAN RUMAH BELAJAR JRU
Diskusi SOS Bisnis bersama Dian Ramadhan
Bisnis tidak berakar pada persoalan motivasi tetapi strategi. Inilah satu benang merah yang datang dari pemikiran seorang Dian Ramadhan. Profesional di berbagai bidang yang kemudian menjadi pebisnis di puluhan perusahaan dan kini berkeliling membagikan pengalaman bisnisnya. Dian Ramadhan adalah salah satu pengasuh laman BisnisIndeks.com dan pemilik akun Twitter @BisnisIndeksID. Kerabat Jaringan RumahUSAHA bersama dengan komunitas pengikut Dian Ramadhan di Twitter berkesempatan berinteraksi langsung dengannya pada Sabtu (14/7) di Rumah Belajar JRU.
Konsultan bisnis dan pebisnis di puluhan perusahaan, Dian Ramadhan yang merupakan salah satu “selebritis” di dunia Twitter dengan akun @BisnisIndeksID membagikan ide-ide bisnisnya yang dapat dikatakan cukup unik dan menantang arus. Pebisnis berusia tiga puluh tahunan tersebut memasuki dunia bisnis di era awal 2000-an dan kini memutuskan untuk mundur dari dunia bisnis profesional. Berbeda dengan arus kebanyakan memang. Tetapi, dia memilih hal tersebut untuk menguji kehebatan sistem profesional yang dibangunnya bertahun-tahun di puluhan bisnis yang dimilikinya. Menurut Dian, salah satu indikator kesuksesan seorang pebisnis adalah ketika dia dapat membangun sebuah sistem dan membuat penggandaan atas bisnis tersebut di konteks yang lain.
Pemikiran yang sebenarnya sejalan dengan pemikiran JRU ini boleh jadi merupakan sebuah perspektif yang berbeda bagi sekitar 50-an audiens yang hadir dalam Diskusi SOS Bisnis. Kegiatan tersebut bukan menjadi perhelatan tunggal bagi JRU. Dian Ramadhan didatangkan oleh salah seorang simpatisan JRU yang menjadi pengikutnya di akun Twitter miliknya. Melalui kontak yang sepenuhnya dilakukan lewat dunia maya, Dian Ramadhan yang sore itu hadir menyapa audiens usai menghabiskan perjalanan dari Jogjakarta. Audiens dari kerabat JRU tampak tak begitu mendominasi jajaran audiens. Hanya 15 orang relawan muda dan sisanya adalah mereka yang terundang melalui Twitter dan semuanya adalah anak muda! Penulis buku SOS Bisnis terbitan Tangga Pustaka tersebut mendeklarasikan diri kini hidupnya didedikasikan untuk menumbuhkan komunitas bisnis yang saling menyemangati melalui wadah laman internet BisnisIndeks.com.
Tak hanya mengurai soal bisnis semata, Dian Ramadhan yang praktis menjadi pembicara tunggal dalam diskusi sepanjang 3 jam tersebut, juga menyelipkan berbagai filosofi yang fundamental. Dari berbagai uraian yang disampaikannya, tampak sekali Dian Ramadhan sangat mengharapkan audiens yang hadir selalu memahami dan mempraktikkan etika bisnis. Dian mencontohkan bagaimana dia membangun sebuah hubungan yang etis dengan para karyawannya. “Karyawan harus diletakkan sebagai mitra kerja, perlakukan mereka sebagai bagian dari pemilik usaha,” tuturnya bersemangat. Dian menuturkan jika dirinya tidak pernah menjadi pemilik tunggal dari bisnis yang didirikannya dan sahamnya tidak pernah lebih dari 70%. Dia membuka rahasia selain hal tersebut adalah sebuah tindakan yang etis, hal itu adalah sebuah proposal untuk membuat bisnis kita tumbuh berkelanjutan. “Bagaimana mungkin mereka bekerja main-main jika itu akan berpengaruh pada deviden tahunan yang mereka terima di akhir tahun,” sambungnya sembari terkekeh. Cerdas!
Salah satu relawan muda JRU, Anis Sasongko mengajukan pertanyaan jika bisnis kita telah mencapai sebuah titik puncak tertentu, di manakah letak kreativitas itu. Sejenak menghela napas, Dian menjawab tangkas jika kreativitas dalam bisnis tidak dapat dipahami dalam sebuah konteks yang sempit. Dian kemudian membeberkan filosofi kesuksesan yang sebenarnya hanyalah sebuah akhir dari pencapaian target kita yang telah ditentukan sebelumnya. Ketika kita membuat target baru, di situlah kita harus mendaki tangga kesuksesan berikutnya untuk mencapainya. Tidak ada sebuah final bagi kesuksesan selama kita masih hidup.
Sukses dalam pandangannya merupakan sebuah bentuk manifestasi kreativitas. Kreativitas dalam bisnis tidak sekadar bentuk, tetapi juga menyinggung isi kedalaman dari bisnis. Pebisnis yang kreatif pasti mereka juga memikirkan sebentuk kaderisasi dan penggandaan model bisnis mereka. Inilah yang kemudian oleh banyak orang kemudian mendatangkan stigma pebisnis sukses. Sungguh sebuah pandangan “nakal” yang wajib senantiasa disebarluaskan untuk membangun generasi wirausaha yang tangguh!
Konsultan bisnis dan pebisnis di puluhan perusahaan, Dian Ramadhan yang merupakan salah satu “selebritis” di dunia Twitter dengan akun @BisnisIndeksID membagikan ide-ide bisnisnya yang dapat dikatakan cukup unik dan menantang arus. Pebisnis berusia tiga puluh tahunan tersebut memasuki dunia bisnis di era awal 2000-an dan kini memutuskan untuk mundur dari dunia bisnis profesional. Berbeda dengan arus kebanyakan memang. Tetapi, dia memilih hal tersebut untuk menguji kehebatan sistem profesional yang dibangunnya bertahun-tahun di puluhan bisnis yang dimilikinya. Menurut Dian, salah satu indikator kesuksesan seorang pebisnis adalah ketika dia dapat membangun sebuah sistem dan membuat penggandaan atas bisnis tersebut di konteks yang lain.
Pemikiran yang sebenarnya sejalan dengan pemikiran JRU ini boleh jadi merupakan sebuah perspektif yang berbeda bagi sekitar 50-an audiens yang hadir dalam Diskusi SOS Bisnis. Kegiatan tersebut bukan menjadi perhelatan tunggal bagi JRU. Dian Ramadhan didatangkan oleh salah seorang simpatisan JRU yang menjadi pengikutnya di akun Twitter miliknya. Melalui kontak yang sepenuhnya dilakukan lewat dunia maya, Dian Ramadhan yang sore itu hadir menyapa audiens usai menghabiskan perjalanan dari Jogjakarta. Audiens dari kerabat JRU tampak tak begitu mendominasi jajaran audiens. Hanya 15 orang relawan muda dan sisanya adalah mereka yang terundang melalui Twitter dan semuanya adalah anak muda! Penulis buku SOS Bisnis terbitan Tangga Pustaka tersebut mendeklarasikan diri kini hidupnya didedikasikan untuk menumbuhkan komunitas bisnis yang saling menyemangati melalui wadah laman internet BisnisIndeks.com.
Tak hanya mengurai soal bisnis semata, Dian Ramadhan yang praktis menjadi pembicara tunggal dalam diskusi sepanjang 3 jam tersebut, juga menyelipkan berbagai filosofi yang fundamental. Dari berbagai uraian yang disampaikannya, tampak sekali Dian Ramadhan sangat mengharapkan audiens yang hadir selalu memahami dan mempraktikkan etika bisnis. Dian mencontohkan bagaimana dia membangun sebuah hubungan yang etis dengan para karyawannya. “Karyawan harus diletakkan sebagai mitra kerja, perlakukan mereka sebagai bagian dari pemilik usaha,” tuturnya bersemangat. Dian menuturkan jika dirinya tidak pernah menjadi pemilik tunggal dari bisnis yang didirikannya dan sahamnya tidak pernah lebih dari 70%. Dia membuka rahasia selain hal tersebut adalah sebuah tindakan yang etis, hal itu adalah sebuah proposal untuk membuat bisnis kita tumbuh berkelanjutan. “Bagaimana mungkin mereka bekerja main-main jika itu akan berpengaruh pada deviden tahunan yang mereka terima di akhir tahun,” sambungnya sembari terkekeh. Cerdas!
Salah satu relawan muda JRU, Anis Sasongko mengajukan pertanyaan jika bisnis kita telah mencapai sebuah titik puncak tertentu, di manakah letak kreativitas itu. Sejenak menghela napas, Dian menjawab tangkas jika kreativitas dalam bisnis tidak dapat dipahami dalam sebuah konteks yang sempit. Dian kemudian membeberkan filosofi kesuksesan yang sebenarnya hanyalah sebuah akhir dari pencapaian target kita yang telah ditentukan sebelumnya. Ketika kita membuat target baru, di situlah kita harus mendaki tangga kesuksesan berikutnya untuk mencapainya. Tidak ada sebuah final bagi kesuksesan selama kita masih hidup.
Sukses dalam pandangannya merupakan sebuah bentuk manifestasi kreativitas. Kreativitas dalam bisnis tidak sekadar bentuk, tetapi juga menyinggung isi kedalaman dari bisnis. Pebisnis yang kreatif pasti mereka juga memikirkan sebentuk kaderisasi dan penggandaan model bisnis mereka. Inilah yang kemudian oleh banyak orang kemudian mendatangkan stigma pebisnis sukses. Sungguh sebuah pandangan “nakal” yang wajib senantiasa disebarluaskan untuk membangun generasi wirausaha yang tangguh!