Daftar Tapi
Saya sering melakukan identifikasi kepada pihak yang sering menggunakan kata tapi, terutama ketika konteksnya sedang minta nasihat. Nasihat itu sendiri, menurut saya, hanya layak ketika diminta. Nasihat tidak perlu diedar-edarkan, ditawar-tawarkan, sepanjang orang tidak meminta. Betul, banyak orang butuh nasihat tetapi sepanjang ia tidak meminta, ia setara dengan tidak butuh. Mengaku butuh secara terbuka adalah sebentuk kerendah hatian. Rendah hati itulah bekal dalam meminta nasihat. Karena butuh tanpa berani mengaku butuh setara dengan keangukhan. Dan rasa angkuh bukanlah modal yang baik untuk mendengar nasihat.
Karenanya, banyak sekali peminta nasihat, kritik dan masukan, sebenarnya tidak benar-benar butuh apa yang dia katakan. Yang sebenar-benarnya dia minta justru tidak dia katakana. Apa itu? Tertinggi adalah pujian. Lebih rendah dari itu adalah pemakluman. Terendah dari itu semua adalah curhat biasa. Karena jelas, untuk meminta pujian secara terbuka, tak banyak orang cukup punya keberanian. Untuk benar-benar minta kritik rasanya tak masuk akal. Kritik rasanya jauh lebih banyak dihindari katimbang diminta. Apalagi jika cuma kritik, tak perlu diminta pun akan deras berdatangan kalau salurannya benar-benar dibuka. Kalau tak percaya ujicobalah. Kritiklah pihak yang minta kritik itu dan lihatlah apa reaksinya. Maka ketika ada seseorang meminta kritik, percayalah, bukan kritik yang dia butuhkan, melainkan pengakuan.
Begitu juga dengan peminta nasihat jenis ketiga. Jenis ini biasa menyodorkan cerita duka dan kemalangan lalu ia butuh jalan keluar atasnya. Awas jangan terkecoh. Ia sebetulnya tidak sedang benar-benar butuh jalan keluar. Karena apapun jalan yang Anda sodorkan tak akan ia lewati. Orang ini tidak sedang butuh jalan melainkan hanya butuh pembenaran. Mungkin kemalangan yang ia sodorkan itu hasil kesalahannya sendiri dan ia tahu itu cuma malu mengakui. Maka dia butuh orang lain untuk menjadi ajang tumpahan dan yang terpenting permakluman.
Lalu bagaimana untuk mengerti seseorang yang benar-benar sedang butuh nasihat? Mudah, karena jelas ciri-cirinya. Yang paling menonjol, ia tidak mmeminta dengan kata-kata melainkan dengan perilaku. Seluruh persoalan berisi nasihat akan menarik hatrinya. Malah di matanya semua orang adalah penasihat dan setiap pesoalan berisi nasihat. Melihat kebaikan ia merasa mendapat nasihat. Melihat keburukan ia juga merasa mendapat nasihat. Bertemu orang baik ia mendapat pelajaran, bertemu orang jahat ia mendapat pelajaran. Makin lama bahkan gurunya bisa terdiri dari seluruh alam termasuk hewan dan tumbuhan.
Kepada semut pun ia berguru betapa rukun dan kompak hewan-hewan itu. Semua bekerja demi tujuan yang satu. Jarak yang panjang bagi mereka bukan persoalan karena mereka gemar merapatkan dan memanjangkan barisan. Semut yang di belakang tak pernah curiga pada yang depan. Yang di depan tak ketakutan kalau disalip dari bebakang. Maka betapa tertinggal jauh organisasi manusia dibanding semut karena bahkan mengurus sepak bola saja sudah penuh pertengkaran.
Akhirnya percayalah, memang banyak orang suskes karena pintar menasihati. Tapi rasanya jauh lebh banyak orang yang sukses karena ia gemar meminta nasihat termasuk dari pihak yang mestinya ia benci.
Prie GS
Budayawan, Motivator, Penulis Buku Best Seller
Tinggal di Semarang
Karenanya, banyak sekali peminta nasihat, kritik dan masukan, sebenarnya tidak benar-benar butuh apa yang dia katakan. Yang sebenar-benarnya dia minta justru tidak dia katakana. Apa itu? Tertinggi adalah pujian. Lebih rendah dari itu adalah pemakluman. Terendah dari itu semua adalah curhat biasa. Karena jelas, untuk meminta pujian secara terbuka, tak banyak orang cukup punya keberanian. Untuk benar-benar minta kritik rasanya tak masuk akal. Kritik rasanya jauh lebih banyak dihindari katimbang diminta. Apalagi jika cuma kritik, tak perlu diminta pun akan deras berdatangan kalau salurannya benar-benar dibuka. Kalau tak percaya ujicobalah. Kritiklah pihak yang minta kritik itu dan lihatlah apa reaksinya. Maka ketika ada seseorang meminta kritik, percayalah, bukan kritik yang dia butuhkan, melainkan pengakuan.
Begitu juga dengan peminta nasihat jenis ketiga. Jenis ini biasa menyodorkan cerita duka dan kemalangan lalu ia butuh jalan keluar atasnya. Awas jangan terkecoh. Ia sebetulnya tidak sedang benar-benar butuh jalan keluar. Karena apapun jalan yang Anda sodorkan tak akan ia lewati. Orang ini tidak sedang butuh jalan melainkan hanya butuh pembenaran. Mungkin kemalangan yang ia sodorkan itu hasil kesalahannya sendiri dan ia tahu itu cuma malu mengakui. Maka dia butuh orang lain untuk menjadi ajang tumpahan dan yang terpenting permakluman.
Lalu bagaimana untuk mengerti seseorang yang benar-benar sedang butuh nasihat? Mudah, karena jelas ciri-cirinya. Yang paling menonjol, ia tidak mmeminta dengan kata-kata melainkan dengan perilaku. Seluruh persoalan berisi nasihat akan menarik hatrinya. Malah di matanya semua orang adalah penasihat dan setiap pesoalan berisi nasihat. Melihat kebaikan ia merasa mendapat nasihat. Melihat keburukan ia juga merasa mendapat nasihat. Bertemu orang baik ia mendapat pelajaran, bertemu orang jahat ia mendapat pelajaran. Makin lama bahkan gurunya bisa terdiri dari seluruh alam termasuk hewan dan tumbuhan.
Kepada semut pun ia berguru betapa rukun dan kompak hewan-hewan itu. Semua bekerja demi tujuan yang satu. Jarak yang panjang bagi mereka bukan persoalan karena mereka gemar merapatkan dan memanjangkan barisan. Semut yang di belakang tak pernah curiga pada yang depan. Yang di depan tak ketakutan kalau disalip dari bebakang. Maka betapa tertinggal jauh organisasi manusia dibanding semut karena bahkan mengurus sepak bola saja sudah penuh pertengkaran.
Akhirnya percayalah, memang banyak orang suskes karena pintar menasihati. Tapi rasanya jauh lebh banyak orang yang sukses karena ia gemar meminta nasihat termasuk dari pihak yang mestinya ia benci.
Prie GS
Budayawan, Motivator, Penulis Buku Best Seller
Tinggal di Semarang