Sandiaga S. Uno : Jangan Lupakan Ibu dan Keluarga!
Seringkali orang salah dalam berwirausaha adalah lebih menekankan hasil daripada proses. Banyaknya pengusaha yang kini telah meroket membuat sebagian orang lupa akan proses menuju ke sana. Nyatanya, para pengusaha tersebut juga memulai bisnisnya dengan cara yang tidak mudah. Hal ini pula yang diutarakan Sandiaga S. Uno ketika hadir di tengah-tengah 41 penerima beasiswa MRUF dalam Pelatihan Marketing & Selling pada Minggu (17/03) kemarin di Rumah Belajar JRU, Semarang.
Wirausaha muda yang menjadi salah satu ikon bisnis Indonesia, Sandiaga S. Uno menyempatkan hadir di antara padatnya jadwal ke Semarang untuk berbagi semangat kepada 41 mahasiswa penerima Beasiswa Wirausaha dari yayasan yang diinisiasi oleh keluarganya tersebut. Kehadiran generasi muda berjiwa wirausaha ini membuat pebisnis di bidang investasi tersebut berbagi kisah ketika dirinya berjuang membentang karier.
Dimulai dengan kisahnya melawan suhu udara yang mencapai -15 derajat celcius ketika masih menjadi seorang mahasiswa di Amerika Serikat, ia menceritakan kerasnya perjuangan yang harus ia lakukan sebelum berhasil menjadi pengusaha besar. Pria kelahiran 1969 yang pada 2009 ditaksir oleh Majalah Forbes memiliki kekayaan pribadi sebesar US$ 400 juta dan didudukkan sebagai orang terkaya ke-29 di Indonesia ini kemudian tak sungkan berkisah ketika ia mengawali Recapital Advisors, perusahaan miliknya yang didirikan bersama sahabatnya sejak SMA, Rosan Perkasa Roeslani.
Ketika itu pada pada tahun 1997, ia memulai perusahaan penasihat keuangan tersebut dari sebuah ruangan sewaan seluas 80 m2 yang sebelumnya bekas digunakan sebagai salon kecantikan. Hal inilah yang kemudian membuatnya putar otak untuk bagaimana caranya menjemput bola ke klien, karena tidak mempunyai kantor yang terlihat layak jika dibandingkan kantor industri keuangan pada umumnya. Setahun kemudian, dirinya dipinang oleh Edwin Soeryadjaja untuk mendirikan Saratoga Investama Sedaya, perusahaan investasi yang menjadi salah satu portofolio bisnis terbaiknya.
Kisah lamanya tersebut merupakan bukti bahwa prestasinya sekarang ini tidak serta merta instan dan cepat. Lebih lanjut, Sandiaga Uno menegaskan bahwa tidak ada jalan pintas menjadi sukses. Sandiaga memulai debut kewirausahaan setelah menjadi pengangguran ketika perusahaan tempatnya berkarier di NTI Resources Ltd, Kanada bangkrut karena terlibas krisis ekonomi Asia tahun 1997. Sebuah cerita yang bukan begitu manis sesungguhnya. Tetapi, itulah awal petualangan yang hanya butuh 12 tahun menempatkannya sebagai ikon bisnis Indonesia. Lebih lanjut, Sandiaga berpesan kesempurnaan adalah petualangan, yang dapat dicapai hanya dengan ikhtiar dan kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan disempurnakan dengan kerja ikhlas.
Sandiaga Uno mengaku, empat etos kerja tersebut ditanamkan oleh Ibundanya sejak kecil. Etos kerja inilah yang kemudian menjadi kebiasaan ketika menjadi profesional hingga akhirnya terbawa menjadi seorang wirausaha seperti sekarang. Untuk itulah, ia pula menyarankan kepada para peserta agar tidak pernah melupakan ibu dan keluarga ketika sudah berhasil. “Prioritaskan tugas dan waktu antara karir dan keluarga, karena salah satu kunci keberhasilan para pengusaha sebenarnya adalah bagaimana mengelola keluarga, tidak hanya mengelola usaha. Jangan lupakan Ibu dan Keluarga!” ujarnya.
Wirausaha muda yang menjadi salah satu ikon bisnis Indonesia, Sandiaga S. Uno menyempatkan hadir di antara padatnya jadwal ke Semarang untuk berbagi semangat kepada 41 mahasiswa penerima Beasiswa Wirausaha dari yayasan yang diinisiasi oleh keluarganya tersebut. Kehadiran generasi muda berjiwa wirausaha ini membuat pebisnis di bidang investasi tersebut berbagi kisah ketika dirinya berjuang membentang karier.
Dimulai dengan kisahnya melawan suhu udara yang mencapai -15 derajat celcius ketika masih menjadi seorang mahasiswa di Amerika Serikat, ia menceritakan kerasnya perjuangan yang harus ia lakukan sebelum berhasil menjadi pengusaha besar. Pria kelahiran 1969 yang pada 2009 ditaksir oleh Majalah Forbes memiliki kekayaan pribadi sebesar US$ 400 juta dan didudukkan sebagai orang terkaya ke-29 di Indonesia ini kemudian tak sungkan berkisah ketika ia mengawali Recapital Advisors, perusahaan miliknya yang didirikan bersama sahabatnya sejak SMA, Rosan Perkasa Roeslani.
Ketika itu pada pada tahun 1997, ia memulai perusahaan penasihat keuangan tersebut dari sebuah ruangan sewaan seluas 80 m2 yang sebelumnya bekas digunakan sebagai salon kecantikan. Hal inilah yang kemudian membuatnya putar otak untuk bagaimana caranya menjemput bola ke klien, karena tidak mempunyai kantor yang terlihat layak jika dibandingkan kantor industri keuangan pada umumnya. Setahun kemudian, dirinya dipinang oleh Edwin Soeryadjaja untuk mendirikan Saratoga Investama Sedaya, perusahaan investasi yang menjadi salah satu portofolio bisnis terbaiknya.
Kisah lamanya tersebut merupakan bukti bahwa prestasinya sekarang ini tidak serta merta instan dan cepat. Lebih lanjut, Sandiaga Uno menegaskan bahwa tidak ada jalan pintas menjadi sukses. Sandiaga memulai debut kewirausahaan setelah menjadi pengangguran ketika perusahaan tempatnya berkarier di NTI Resources Ltd, Kanada bangkrut karena terlibas krisis ekonomi Asia tahun 1997. Sebuah cerita yang bukan begitu manis sesungguhnya. Tetapi, itulah awal petualangan yang hanya butuh 12 tahun menempatkannya sebagai ikon bisnis Indonesia. Lebih lanjut, Sandiaga berpesan kesempurnaan adalah petualangan, yang dapat dicapai hanya dengan ikhtiar dan kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, dan disempurnakan dengan kerja ikhlas.
Sandiaga Uno mengaku, empat etos kerja tersebut ditanamkan oleh Ibundanya sejak kecil. Etos kerja inilah yang kemudian menjadi kebiasaan ketika menjadi profesional hingga akhirnya terbawa menjadi seorang wirausaha seperti sekarang. Untuk itulah, ia pula menyarankan kepada para peserta agar tidak pernah melupakan ibu dan keluarga ketika sudah berhasil. “Prioritaskan tugas dan waktu antara karir dan keluarga, karena salah satu kunci keberhasilan para pengusaha sebenarnya adalah bagaimana mengelola keluarga, tidak hanya mengelola usaha. Jangan lupakan Ibu dan Keluarga!” ujarnya.