Yang Berdaya Tahan, Yang Akan Menang
Beberapa hari yang lalu saya berkesempatan melihat sebuah kejadian yang menurut saya cukup bermakna. Saat itu, saya bersama seorang teman sedang duduk bersama di sebuah tempat ekspedisi untuk mengirimkan beberapa paketan. Saya ditemani oleh adik saya, dan teman saya Reza ditemani oleh kakaknya. Saya akui dengan kita duduk bersama dalam satu barisan membuat ruangan tersebut seolah-olah padat dipenuhi oleh orang-orang yang akan mengirimkan paketan.
Tak lama kemudian seseorang datang hendak mengirimkan paketan pula. Ketika seseorang tersebut dihadapkan bahwa seolah-olah ekspedisi telah penuh, saya dan teman saya tersebut menebak-nebak apa yang akan dilakukan olehnya. Bisa saja orang tersebut tanpa basa-basi segera pulang karena menganggap dirinya tidak kebagian tempat, atau bisa juga ia tetap masuk, mengambil nomor antrian, dan mencocokkan kurang berapa orang lagi sebelum dia.
Sebenarnya simple, bahwa pada saat itu antrian yang harus kita tunggu banyak atau tidak. Tetap masuk dan ambil nomor antrian. Dari nomor antrian tersebut, kita bisa mencocokkan dengan nomor yang sedang diproses pada saat itu. Dengan demikian bisa dilihat seberapa banyak orang yang mengirimkan paketan sebelum kita, tanpa harus berpikiran bahwa semua orang yang berada di ruangan tersebut adalah customer yang akan mengirimkan paketan. Lebih simple lagi, cukup lihat apakah orang tersebut membawa barang untuk dipaketkan atau tidak. Jika tidak, berarti ia hanya menemani.
Jika kita tidak memperhatikan dengan seksama, kejadian seperti ini akan terlihat sangat biasa-biasa saja. Tetapi lihatlah maknanya lebih dalam. Setidaknya ada dua hal penting dalam kejadian tersebut, yaitu penuhnya tempat ekspedisi yang bisa jadi dianggap sebagai tantangan dan sikap orang tersebut terhadap tantangan itu sendiri. Orang pertama yang segera pulang adalah tipe-tipe orang yang mudah menyerah. Ada pun yang tetap masuk adalah contoh orang yang tidak mudah putus asa.
Dari kejadian tersebut, kita bisa melihat bagaimana seseorang bertahan dalam banyaknya antrian yang harus ia lewati. Untuk bisa dilayani dalam pengiriman paket tersebut tentu kita harus bertahan, sama halnya dengan orang yang sedang menjalani sebuah usaha. Dalam bisnis, saya mengenalnya sebagai kecerdasan berdaya tahan (Adversity Quotion). Di mana daya tahan inilah yang sebenarnya menentukan siapa juara sejati dan siapa yang menjadi pecundang, siapa yang berhasil dan siapa yang gagal, siapa yang bertahan dan siapa yang akan menyerah begitu saja.
Tak heran jika banyak pengusaha yang cerdas secara intelektual dan start-up dengan prestasi gemilang di awal kemunculannya, namun selangkah kemudian bertumbangan bak ditelan bumi. Dari sini saja membuktikan bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya dipengaruhi dari kecerdasan intelegensi (IQ), tetapi juga dipengaruhi dari kecerdasannya dalam berdayatahan mengatasi setiap tantangan (AQ). Yang berdayatahanlah yang akan menang!
Tak lama kemudian seseorang datang hendak mengirimkan paketan pula. Ketika seseorang tersebut dihadapkan bahwa seolah-olah ekspedisi telah penuh, saya dan teman saya tersebut menebak-nebak apa yang akan dilakukan olehnya. Bisa saja orang tersebut tanpa basa-basi segera pulang karena menganggap dirinya tidak kebagian tempat, atau bisa juga ia tetap masuk, mengambil nomor antrian, dan mencocokkan kurang berapa orang lagi sebelum dia.
Sebenarnya simple, bahwa pada saat itu antrian yang harus kita tunggu banyak atau tidak. Tetap masuk dan ambil nomor antrian. Dari nomor antrian tersebut, kita bisa mencocokkan dengan nomor yang sedang diproses pada saat itu. Dengan demikian bisa dilihat seberapa banyak orang yang mengirimkan paketan sebelum kita, tanpa harus berpikiran bahwa semua orang yang berada di ruangan tersebut adalah customer yang akan mengirimkan paketan. Lebih simple lagi, cukup lihat apakah orang tersebut membawa barang untuk dipaketkan atau tidak. Jika tidak, berarti ia hanya menemani.
Jika kita tidak memperhatikan dengan seksama, kejadian seperti ini akan terlihat sangat biasa-biasa saja. Tetapi lihatlah maknanya lebih dalam. Setidaknya ada dua hal penting dalam kejadian tersebut, yaitu penuhnya tempat ekspedisi yang bisa jadi dianggap sebagai tantangan dan sikap orang tersebut terhadap tantangan itu sendiri. Orang pertama yang segera pulang adalah tipe-tipe orang yang mudah menyerah. Ada pun yang tetap masuk adalah contoh orang yang tidak mudah putus asa.
Dari kejadian tersebut, kita bisa melihat bagaimana seseorang bertahan dalam banyaknya antrian yang harus ia lewati. Untuk bisa dilayani dalam pengiriman paket tersebut tentu kita harus bertahan, sama halnya dengan orang yang sedang menjalani sebuah usaha. Dalam bisnis, saya mengenalnya sebagai kecerdasan berdaya tahan (Adversity Quotion). Di mana daya tahan inilah yang sebenarnya menentukan siapa juara sejati dan siapa yang menjadi pecundang, siapa yang berhasil dan siapa yang gagal, siapa yang bertahan dan siapa yang akan menyerah begitu saja.
Tak heran jika banyak pengusaha yang cerdas secara intelektual dan start-up dengan prestasi gemilang di awal kemunculannya, namun selangkah kemudian bertumbangan bak ditelan bumi. Dari sini saja membuktikan bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya dipengaruhi dari kecerdasan intelegensi (IQ), tetapi juga dipengaruhi dari kecerdasannya dalam berdayatahan mengatasi setiap tantangan (AQ). Yang berdayatahanlah yang akan menang!