Forum Wedangan ke-71: Kreativitas Berkelanjutan
Jumat (12/6) yang lalu, Jaringan RumahUSAHA kembali menggelar acara Forum Wedangan yang ke-71. Acara yang dihadiri lebih dari 200 peserta dari berbagai macam latar belakang ini terasa sekali antusiasnya. Ruangan Wisma Perdamaian yang biasanya digunakan untuk acara-acara formal, sore itu ditata dengan gaya khas Forum Wedangan yaitu lesehan komplit dengan jajanan pasar yang disajikan di sebuah tampah kecil.
Mengangkat tema tentang Kreativitas Berkelanjutan, acara yang
dipandu iLik sAs ini menghadirkan narasumber antara lain Singgih Susilo
Kartono, kreator dari radio kayu Magno dan Spedagi, bersama Imam Subchan, seorang
pengusaha yang sukses mengelola usaha keluarga yaitu batik dan batu alam dan aktif sebagai konsultan branding di Dbrand Agency Consultant. Bukan
Forum Wedangan namanya apabila tidak ada kejutan, sore itu Bambang Ismawan, pendiri Yayasan Bina Swadaya yang membidani
kelahiran majalah Trubus,
turut hadir berbagi cerita tentang pengalamanan wirausahanya. Tak ketinggalan,
Prie GS yang turut hadir menyemangati kawan-kawan pengusaha dengan canda khasnya.
Adalah kegelisahan seorang
Singgih Susilo Kartono yang mendapati keadaannya desanya yang menyedihkan
ketika kala itu memutuskan pulang kampung di tahun 1994. Orang-orang memilih
bekerja sebagai bagian dari industri dan berpindah ke kota. Jumlah
petani-petani berkurang karena lebih memilih menjadi pekerja di kota. Desa
menjadi tidak tergarap lagi dengan baik, yang ada alam menjadi rusak karena
pengembangan dari industri-industri yang mulai tumbuh. Dengan gerakan bernama Pulang Kampung, Singgih berusaha
menyampaikan pesan kepada semua orang bahwa masa depan itu ada di dekat kita.
Kehidupan ini adalah siklus,
orang dari desa berpindah ke kota, di kota
menemukan banyak sekali kebisingan yang akhirnya membuat orang kembali ke desa.
Desa di masa depan menurut Singgih
adalah suatu tempat yang layak dan nyaman untuk ditinggali karena kemajuan
teknologi dan informasi. Singgih bergerak dengan caranya yaitu salah satunya
dengan berkarya melalui pembuatan radio Magno. Radio dari kayu yang dibuat di pelosok desa dengan wisdom dan filosofi namun di sisi lain menjadi sangat populer di
dunia yang lain.
Tak hanya itu, Singgih melihat
banyak potensi di desanya, yaitu berlimpah akan bambu. Dari bambu ini, Singgih berkreasi dengan memadupadankan menjadi rangka sepeda yang diberi
label Spedagi. Misi dari Spedagi ini adalah untuk revitalisasi desa-desa yang
kondisinya sudah menyedihkan. Berbeda dengan Magno, Spedagi ini tidak di
ekspor. Singgih lebih menekankan mengekspor gerakannya daripada hanya sekedar
produk. Adalah mimpi dari Singgih yang ingin Indonesia menyumbangkan sesuatu ke
dunia dengan potensi yang dimilikinya. Dan melalui Spedagi ini, misi utamanya
untuk menjadikan sebagai global movement, revitalisasi desa.
Di satu sesi yang lain, Imam
Subchan menceritakan bahwa entrepreneur
menjadi hobi yang menyenangkan buatnya. Karena apabila situasinya tidak happy, menjadi seorang entrepreneur itu hanya akan menjadi
beban berat. Dan jangan pernah dikira bahwa sukses itu bisa datang dalam
kedipan mata saja. Senada dengan Singgih, Imam juga menyampaikan bahwa
kelemahan bisa menjadi suatu peluang, apabila kita bisa mengenali kekuatan yang
lain. Apabila kita bisa all out, kita
bisa mendapatkan yang terbaik. Keputusan untuk tetap bertahan di kondisi yang
tidak menyenangkan itu menjadi hal yang penting untuk seorang entrepreneur. Imam pun juga sering
sharing saat roadshow ke berbagai
kota, bahwa menjadi entrepreneur yang
baik itu sama susahnya dengan menjadi pegawai yang baik.
Bambang Ismawan yang sore itu sejatinya hadir sebagai tamu
undangan, juga didaulat untuk sharing seputar perjalanannya jatuh bangun dengan
Majalah Trubus. Majalah Trubus didirikannya saat beliau menjadi Ketua Yayasan Bina Swadaya, perjalanannya
dimulai ketika saat itu, Trubus mengalami kerugian selama 15 tahun pertama.
Semua orang menyarankan bahwa lebih baik Trubus ditutup. Namun Bambang Ismawan
bersikap lain, dengan mengajak orang-orang yang memang masih punya keyakinan
akan masa depan Trubus, Bambang
bergegas untuk membuat Trubus bangkit.
Hasilnya, saat ini Trubus menjadi trend setter bagi dunia
pertanian. Dan itu menjadi buah dari keyakinan Bambang dan orang-orangnya saat
itu.
Di penghujung acara, Prie GS menyemangati peserta dengan
gayanya yang khas membuat
segar suasana Forum
Wedangan dengan sharing tentang
perlunya seorang entrepreneur
memiliki 3 hal yang utama dalam bisnis, yaitu sense of business, soul of business dan doing of business. Seringkali
terjadi adalah orang yang hanya melakukan doing
of business tapi sudah merasa melakukan entrepreneurship.
Forum Wedangan ini ditutup oleh iLik sAs yang meminta doa
restu kepada semuanya yang hadir agar semua aktivitas yang dilakukan oleh
Jaringan Rumah Usaha terus berjalan di jalan kebaikan. Karena Rasulullah, pernah
berkata “ maka berjalan sajalah ditengah jalan akan ketemu jalan”. Yakini
dengan sesungguh hati apapun yang sedang kita kerjakan saat ini.
See You Next ForWed!
Tidak ada komentar:
Silahkan isi komentar ...